Rabu, 06 Juni 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian, siswa perlu memiliki kemampuan untuk memperoleh, memilih dan mengolah informasi untuk dapat bertahan dalam keadaan yang selalu berubah. Sehingga pada dasarnya pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang kompleks dan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi setiap orang dalam membantu mengembangkan potensi dan kemampuannya untuk mencapai suatu pendewasaan berpikir dalam berbagai karakter hidup melalui pembacaan sastra.
Kurikulum pendidikan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan pembelajaran inti yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan atau baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Pada dasarnya pembelajaran sastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra yang berarti bahwa setelah mempelajari sastra siswa diharapkan mampu mengenal, memahami, menghayati dan menghargai karya sastra Bergaul dengan sastra siswa memperoleh berbagai manfaat dan nilai buat dirinya sendiri.
Horatius (dalam Pradotokusuma 2005 : 5-6) berpandangan bahwa karya sastra harus bertujuan dan berfungsi utile “bermanfaat” dan dulce “nikmaat”. Bermanfaat karena pembaca dapat menarik pelajaran yang berharga dalam membaca karya sastra, yang mungkin bisa menjadi pegangan hidupnya karena menggunakan nilai-nilai luhur. Mungkin juga isi karya sastra itu mengisahkan hal-hal yang tidak terpuji, tetapi bagaimanapun pembaca masih bisa menarik pelajaran darinya sebab dalam membaca dan menyimak serta memahami isi karya sastra pembaca dapat ingat dan sadar untuk tidak berbuat demikian. Selain itu, sastra harus bisa member nikmat melalui keindahan isi dan gaya bahasanya.
Pengajaran sastra yang dilaksanakan diberbagai tingkat pendidikan dewasa ini, agar anak didik mampu memahami dan menghayati karya sastra dalam berbagai bentuk khususnya cerpen. Bentuk pembangun untuk memahami cerpen terdiri atas dua unsure pembangun yakni unsur instrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur ini adalah kerangka terbentuknya satu kesatuan dalam cerita. Dalam mempelajari unsure instrinsik cerpen, siswa diarahkan untuk memahami teori yang berhubungan dengan unsure tokoh, tema, amanat, alur, latar, sudut pandang dan gaya bahasa.
Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), apresiasi sastra tidak lagi bertolak dari patokan suka atau tidak suka. Tingkatan demikian, lazimnya ditemukan di antara anak didik sekolah dasar yang kegiatan apresiasinya masih premitif, artinya masih sangat diayomi unsure keterlibatan emosional. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP), kegiatan apresiasi telah berpijak pada minat budaya dan sosial, artinya daya pengamatan yang peka dan kritis karena sudah dapat memahami karya sastra yang dibacanya khususnya cerpen.
Peningkatan kemampuan memahami cerpen hanya dapat teratasi secara tuntas apabila pengajaran sastra khususnya memahami cerpen. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilaksanakan secara baik dan didukung oleh fasilitas yang memadai antara lain adalah tersedianya buku-buku bacaan sastra, dan tenaga pengajar guru yang professional dan memiliki kompetensi sehingga dapat menguasi bahan, mengolah kelas, mengolah program belajar-mengajar menggunakan media dan sumber, mengelola interaksi belajar-mengajar, menilai kemampuan siswa, dan menguasai landasan pendidikan, sehingga dapat memotivasi siswa itu sendiri dalam menerima pelajaran.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru bahasa Indonesia dituntut agar mampu menanamkan sikap memahami terhadap karya sastra dikalangan siswanya. Dengan demikian, siswa yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sudah mempunyai bekal yang cukup mengenai kemampuan memahami karya sastra khususnya prosa fiksi (cerpen).
Jadi jelaslah bahwa pengajaran sastra khususnya memahami cerpen tidak dapat diabaikan begitu saja, tetapi perlu ditanamkan dan dipahami kepada siswa. Hal ini, dimaksudkan agar mereka memiliki pengetahuan yang luas tetang memahami cerpen dan daya analisis sastra yang tinggi sehingga mempunyai sikap positif terhadap sastra.

Begitupun pengajaran memahami cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 9 Kendari yang diharapkan cukup memiliki pengaruh yang mencerminkan pembelajaran bahasa secara umum. Dimana pembelajaran cerpen dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Indonesia kelas IX semester ganjil dengan standar kompetensi memahami pembacaan cerpen. Standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam 2 kompetensi dasar yaitu (1) mengidentifikasi alur, penokohan dan latar dalam cerpen yang diceritakan, (2) menentukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibawakan.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang unsur-unsur intrinsic cerpen, perlu diadakan penelitian. Berdasarkan observasi awal dan hasil wawancara dari salah satu guru bahasa Indonesia (Sofyan Masulili, S.Pd.) yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 9 Kendari mengatakan bahwa siswa kurang mampu memahami karya sastra secara utuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yakni pembelajaran sastra belum terlaksana sebagaimana mestinya, kemampuan mengapresiasi unsure intrinsic kurang diterapkan oleh guru dimana hanya pemberian teori yang dikembangkan oleh siswa, dan juga kurangnya buku-buku sastra di perpustakaan khususnya cerpen sehingga kurangnya motivasi dikalangan siswa dalam mengapresiasi cerita rekaan yang pembelajarannya jarang dipraktekkan oleh siswa. Penelitian tetang cerpen Robohnya surau kami sudah pernah diteliti untuk sastra murninya. Sedangkan penelitian tentang penguasaan unsure intrinsiknya belum pernah dilaksanakan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu diadakannya penelitian tentang kemampuan memahami unsur-unsur intrinsik cerpen, khususnya masalah unsur intrinsik cerpen Robohnya surau kami karya A.A Navis.
 Adapun hal-hal yang dapat tercapai, yakni tujuan pengarang yaitu pembaca dapat memetik banyak pesan dalam cerpenya yang nanti dapat di implementasikan dalam kehidupan siswa.

1.2    Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kemampuan memahami unsure-unsur intrinsic cerpen Robohya surau kami karya A.A Navis siswa kelas IX SMP Negeri 9 Kendari?”.

1.3    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan memahami unsure-unsur intrinsic cerpen Robohya surau kami karya A.A Navis siswa kelas IX SMA Negeri 9 Kendari.

1.4    Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.    Bahan masukan bagi guru-guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
2.    Bahan informasi bagi mereka yang ingin mengetahui kemampuan memahami unsure-unsur intrinsic cerpen “Robohya surau kami” karya A.A Navis siswa kelas IX SMA Negeri 9 Kendari.
3.    Bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan hasil penelitian ini.











KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN ROBOHYA SURAU KAMI KARYA AA NAVIS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 9 KENDARI
PROPOSAL



YUSRI
A2D109158

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar