Rabu, 06 Juni 2012


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


SEKOLAH                   : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN    : Bahasa Indonesia
KELAS                         : X
SEMESTER                  : 1
ALOKASI WAKTU     : 2 x 45 Menit

STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.

KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.

INDIKATOR
    Kognitif
    Proses
    Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

    Produk
    Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
    Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen


    Psikomotor
    Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
    Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.

    Afektif
    Karakter
    Kerja sama
    Teliti
    Tanggap

    Keterampilan sosial
    Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar
    Membantu teman yang mengalami kesulitan.

TUJUAN PEMBELAJARAN
    Kognitif
    Proses
Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen

    Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di  atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.

    Psikomotor
Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor.

    Afektif
    Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap.

    Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.


MATERI PEMBELAJARAN
    Teks cerita pendek
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
    Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
    Metode pembelajaran
    Diskusi
    Unjuk kerja
    Penugasan

BAHAN
    Lembar kerja
    Spidol

ALAT
    Teks Cerita Pendek

SKENARIO PEMBELAJARAN
NoKegiatanPenilaian Pengamat
AIKegiatan awal (10 menit)
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir.
Guru memberi motivasi kepada siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra

B1Kegiatan inti (25 menit)
Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.
Guru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.
Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.
Secara berkelompok siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik di dalam cerpen kemudian mengidentifikasi dan menuliskan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen.Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas.
Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.               

C1Kegiatan akhir (10 menit)
Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.



SUMBER PEMBELAJARAN
 Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X
 Materi esensial Bahasa Indonesia Silabus

 EVALUASI DAN PENILAIAN
 Tugas Individu:                  Menggunakan LKS
 Jenis Tagihan Penilaian       :LKS 1 dan LP 1
 Bentuk Instrumen Penilaian: Uraian Bebas Jawaban Singkat  

 LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1
Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.


Media Pembelajaran:

 Cerpen
 Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya. Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk. Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya. Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu. Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi. Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak. Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!! Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan. Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri. Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan. Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi. Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku. Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi. “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”. Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. SELESAI  

 LKS 1: LEMBAR KERJA SISWA

Bahasa Indonesia
Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….
Kegiatan 1 Bacalah cerita pendek yang telah disediakan. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:
Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….

LKS 2: LEMBAR KERJA SISWA
Bahasa Indonesia
Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….
Kegiatan 2 Carilah sebuah Cerpen. Lalu bacalah. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut: Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….


LEMBAR PEGANGAN GURU 
(LPG)


 BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1
 Standar Kompetensi
 Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Unsur Intrinsik Karya Sastra adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik
 (1) tokoh
 (2) alur
 (3) latar,
(4) judul
 (5) sudut pandang
 (6) gaya dan nada
 Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
 2. Alur / plot
3. latar/ setting
 4. sudut pandang (point of view)
 5. tema
 6. amanat
  Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
  Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.
  Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang
  berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus
  Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.

 PEMBEDAAN TOKOH
 A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak mendominasi)
 B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
 1. Protagonis memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
 2. Antagonis
 - tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
 - beroposisi dengan tokoh protagonis
 - Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
 1. tokoh antagonis
 2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh) Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
 2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise. Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
 D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
 • Tokoh Statis adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
 • Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih
 E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
 • Tokoh Netral tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner


 LEMBAR PENILAIAN
 (LP)

 BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1
 Standar Kompetensi
 Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.
 Oleh:
 LP 1 : KOGNITIF PROSES
NoKomponenDeskiptorSkor
1
2
3
1 Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
2 Siswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

 Keterangan:
 (3) sangat tepat
 (2) tepat
 (1) tidak tepat Cara Pemberian
 Nilai Rumus: Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100  

 LP 2 : KOGNITIF PRODUK
 Pedoman Penskoran LKS 2
NoKomponenDeskiptorSkor
1
2
3
1 .Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen.
2 .Siswa mampu menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen.
3  Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan
4. Siswa mampu menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan

Keterangan:
(3) sangat tepat
(2) tepat
(1) tidak tepat
Cara Pemberian Nilai Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100  


 LP 3 : PSIKOMOTOR
 Pedoman Penskoran LKS 3
NoKomponenDeskiptorSkor
1
2
3
1 Mampu membacakan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:
tidak jelas
kriteria123
suara
lafal
intonasi
sangat jelas
kurang jelas
2. Menanggapi hasil identifikasi yang disampaikan teman
3. Siswa mampu menanggapi hasil identifikasi unsur intrinsic cerpen yang disampaikan teman

 Keterangan:
 (3) sangat tepat
 (2) tepat
 (1) tidak tepat
 Cara Pemberian Nilai Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100


 LP 4 : AFEKTIF (KARAKTER)

NoTanggung jawabDisiplinketekunanKreatifkritis
11234123412341234
21234123412341234
31234123412341234
41234123412341234
51234123412341234
61234123412341234
71234123412341234
81234123412341234
91234123412341234
101234123412341234
111234123412341234
121234123412341234
131234123412341234
141234123412341234
151234123412341234
161234123412341234
171234123412341234
181234123412341234
191234123412341234
201234123412341234
211234123412341234
221234123412341234
231234123412341234
241234123412341234
251234123412341234
261234123412341234
271234123412341234
281234123412341234
291234123412341234
301234123412341234
311234123412341234
321234123412341234
331234123412341234
341234123412341234
351234123412341234
361234123412341234
371234123412341234
381234123412341234
391234123412341234
401234123412341234
Keterangan
4 = sangat baik 2 = kurang baik
 3 = baik 1 = tidak baik

 LP 5 : AFEKTIF (KECAKAPAN SOSIAL)
NoInisiatifBerbahasa santun dan komunikatifPartisipasi
1123412341234
2123412341234
3123412341234
4123412341234
5123412341234
6123412341234
7123412341234
8123412341234
9123412341234
10123412341234
11123412341234
12123412341234
13123412341234
14123412341234
15123412341234
16123412341234
17123412341234
18123412341234
19123412341234
20123412341234
21123412341234
22123412341234
23123412341234
24123412341234
25123412341234
Keterangan
 4 = sangat baik 2 = kurang baik
 3 = baik 1 = tidak baik

Kendari,13 Desember 2011

Mengetahui, Guru Pamong                     Mahasiswa KKP-PPL
Nur Niati, S.Pd                                     Eka Cahyowati Menyetujui,


                        Kepala Sekolah

                    Drs. H. N.P Dahlan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan bertujuan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,benar dan indah dalam kehidupan.(Lasulo,2005:37).
Pada hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasilkarya kesustraan manusia Indonesia(Depdiknas,2006:63).Peranan bahasa indonesia sangat penting dalam kemajuan Sumber Daya Manusia khususnya kita orang Indonesia, untuk memiliki kemampuan dalam berkomonikasi dalam era informasi dan globalisasi. Ha1 ini sangat di sadari pemerintah, sehingga perlu mengimplementesikan kebijakan pemerintah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah mengenai pengembangan sumber daya manusia. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1990 yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia bidang pendidikan dalam bentuk pengembangan dan peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan guru, murid, dan tenaga kependidikan lainnya.Peraturan DEPDIKBUD RI nomor 0487/14/1992 yang menyatakan bahwa sekolah dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Sejak dari dulu secara resmi pelajaran bahasa indonesia sudah masuk dalam sistem pendidikan dasar. Sekolah mempunyai wewenang tentang mata pelajaran bahasa indonesia dimasukkan sebagai salah satu pelajaran wajib yang harus di kuasai khususnya kita sebagai warga negara indonesia.
Proses peningkatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajaran semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya, dan orang lain. Selain itu juga pelajaran bahasa indonesia mampu membantu peserta didik mengemukakan gagasan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinasi dalam dirinya.
Bahasa indonesia merupakan alat untuk berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.Kemampuan berkomunikasi secara utuh adalah kemampuan berwacana yakni kemampuan memahami dan digunakan bermasyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran bahasa indonesia diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa indonesia pada tingkat literasi tertentu.Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya.Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran.
Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan pembelajarannya masih dilakukan secara klasikal.Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris.Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal.Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar.
Melihat kondisi demikian, perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ansori, 2008:2) Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok.Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif.Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Berdasarkan paparan diatas, maka penelitian tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.Melalui penelitian diharapkan diperoleh diskripsi yang objektif dan lengkap tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Bagaimana proses belajar mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan?
2.    Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan berpengaruh terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia?
3.    Apa saja hambatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?


1.3     Tujuan Penelitian
Penulisan ini bertujuan untuk:
1.    Memperoleh proses belajar mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapanpembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
2.    Mengungkapkan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia.
3.    Mengidentifikasi hambatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini adalah:
1.    Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai salah satu modal pembelajaran yang nantinya dapat diterapkan pada saat terjun langsung di masyarakat.
2.    Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3.    Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam beraktifitas atau berpikir secara optimal dalam metode kooperatif agar siswa tidak jenuh dan bosan.




BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
2.1.1 Pengertian Belajar
    Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Purwanto (1998:84) mengemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu:
1.    belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2.    belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
3.    untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Good dan Brophy dalam Purwanto (1998: 85) mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu "Learning is the deyelopment of new associations as a result ofexperience'". Selanjutnya dijelaskan bahwa "Belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internalevent). Belajar merupakan proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; proses itu terjadi di dalam din seseorang yang sedang mengalami belajar Jadi menurut Good dan Brophy yang dimaksud belajar bukanlah tingkah laku yang nampak, tetapi adalah proses yang terjadi secara internal di dalam diri indiyidu dalam usahanya memperoleh hubungan hubungan baru (new associations). Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang, antara reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Menurut Sardiman (2007 : 22 ) mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya Sedangkan menurut Usman & Setiawati (2001:4) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berikut adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adaalah suatu proses perubahan dalam diri scscorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku ke arahyang lebih baik.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Sudjana (2004: 39) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1.    faktor dari dalam diri siswa yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti motivasi, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, bakat dan kemampuan, fisik dan psikis. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah pancaindra contohnya sakit, cacat tubuh, dan perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyusuaian diri. c)Faktor kematangan fisik maupun fisikis. (Usman, 2000:10).
2.    Faktor dari luar atau lingkungan yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan dimana siswa tersebut berada seperti: a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.b) Faktor budaya, seperti adat kebiasaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.d) Faktor lingkungan spritual atau keagamaan(Usman, 2000:10).
Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar baik itu faktor intern maupun faktor ekstern sangat menentukan dalam pencapaian hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa merupakan tujuan utama dari poses belajar mengajar, untuk itu faktor-faktor tersebut perlu diketahui oleh seorang pendidik atau guru agar bisa mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Benyamin Bloom (1976:21) mengatakan ada tiga variabel utama dalam belajar di sekolah yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa.
Menurut Caroll (1977:16) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu bakat yang dimiliki individu, waktu yang tersedia untuk belajr, waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas mengajar dan kemampuan individu.
Uraian di atas menyatakan bahwa hasil belajar berbanding lurus dengan kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.hasil belajar siswa akan baik jika kemampuan individu siswa tinggi dankualitas pengajarannya juga baik.

2.2 Pengajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.(depdiknas, 2006:65)Pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.(depdiknas, 2006:7)Materi yang ada pada pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. serta merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.(depdiknas, 2006:65)Dalam pembelajaran bahasa indonesia terdapat beberapa komponen yang menunjang proses belajar mengajar dan dapat menentukan hasil belajar tersebut. komponen-komponen dalam proses pembelajaran terdiri dari: 1) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. 2) Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses beajar mengajar. 3) Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. 4) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5) Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.6) Sumber belajar adalah bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. 7) Evaluasiadalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkankemampuan belajar.

2.3 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran, apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pelajaran itu di- kelola (Ruseffendi, 1991). Sedangkan menurut Tim MKPMB (2001) pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Jadi pendekatan adalah suatu cara yang dilakukan guru atau siswa dalam proses belajar mengajaruntuk mencapai tujuan pembelajaran.Menurut Nisbet dalam (Tim MKPMB, 2001), tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan-pendekatan yang karakteristiknya berbeda untuk belajar. Dari sini dapat dikatakan masing-masing individu akan memilih cara atau gayanya sendiri untuk belajar dan untuk mengajar, namun setidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang khas dibandingkan dengan pendekatan lainnya.Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika , yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi. Pendekatan metodologik diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, heutistik. Sedangkan pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika di mana dalam penyajian konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa. Adapun contoh lain pendekatan dalam pembelajaran seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kontekstual (CTL), pendekatan open-ended, pendekatan realistik, dan lain-lain (Tim MKPMB, 2001).
Semua pendekatan-pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan , sehingga dalam pembelajaran baik guru maupun siswa dapat menggunakan pendekatan secara bergantian atau bervariasi. Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam mengembangkan keaktifan belajar.

2.4 Metode Pembelajaran
    Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
.1. Metode ceramahadalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan.Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu.Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru.Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2. Metode tanya jawabdapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan.Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
3. Metode diskusiadalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode belajar kooperatif. Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 2-4 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya
5. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
6. Metode ekspositori atau pameran adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
7. Metode karyawisata/widyamisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi.Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar
8. Metode penugasan. Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9. Metode eksperimen. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10. Metode bermain peran Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode. Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
• Kemampuan guru dalam menggunakan metode
• Tujuan pengajaran yang akan dicapai
• Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa
• Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
• Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Setiap metode memiliki kelebihan atau keunggulan dan kelemahan atau kekurangan masing-masing.Oleh karena itu guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai pada saat melakukan kegiatan belajar. Bisa juga guru mengkombinasikan metode mengajar untuk memudahkan dalam penyampaian materi pada saat proses belajar mengajar, sehingga dapat dicapai keoptimalan belajar siswa dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi (Tim MKPMB, 2001).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa peranan metode dalam pembelajaran sangat berpengaruh, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diajar, supaya tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang baik.

2.5 Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong.Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.
Menurut Anshori (2008:3) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

Fase Tingkah laku guru
fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrsi atau lewat bahan bacaan

Fase 3 Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranaya membentuk kelompok belajar dan membantu seiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membingbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang pernah di pelajari atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6  Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Menurut Ibrahim (2000:6), Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.    Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan renda
3.    Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4.    Penghargaan lebih beroentasi kelompok ketimbang individu.
Roger dan David Johnson (1993 : 54) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok

2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita.Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif.Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.

Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain :
1.    Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
2.    Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
3.    Siswa dipasangkan
4.    Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua
5.    Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing.
6.    Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan
7.    Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8.    Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9.    Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar.Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka
10.    Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11.    Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas. (Bandono, 2008 : 3)

DAFTAR PUSTAKA

Suherli. (2008) Kajian Pembelajaran Kooperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Arya Duta
Pradoto Kusumo, partini sardjono. (2002) Strategi Pembelajaran Kooperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Linguistik

















BAHASA PENALARAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF BAHASA INDONESIA









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

Analisis sejarah dan kemajuan jurnalistik televise dalam masyrakat
Kata pengantar
 
Pertelevisian telah menjadi media yang dibutukan dalam masyarakat sekarang ini, media televisi merupakan tayangan antara audio-visual sebagai penyampai informasi. Dalam televisi tayangan berfungsi hiburan, mendidik, informasi, dan juga bisa mempengarui dalam diri seseorang. Televise menyiarkan dalam berbagai acara secara langsung dalam waktu bersamaan, pemirsa hanya bisa melihat/menerima tayangkan dalam telvisi misalnya iklan, music , berita, hiburan atau acara-acara yang lainnya .
Televisi merupakan gudang informasi audiovisual yang dibatasi dengan waktu. Tidak bisa diulang sesuai keinginan, ketinggalan dalam satu menit saja, pesan yang disampaikan sudah hilang atau berbedah dengan tayangan sebelumnya. Kemasan dalam tayangan suatu acara disajikan semenarik mungkin sehingga audio-visual bisa terasa hidup, televise menjakau dalam ruang lingkup yang sangat luas.
Acara dalam televisi memiliki banyak tayangan yang beranekaragam. chanel-chanel televisi bersaing secara ketat karena televisi adalah gudang bisnis dalam sebuah perusahaan untuk mempublikasikan sebuah produknya. Terkadang tayangan televisi juga membosankan atau kurang menarik dalam padangan pemirsa, sehingga chanel televisi bersaing dan bagaimana caranya mengemas dalam sebuah acara agar acaranya bisa diminati oleh penggemarnya. Nah!! Itu persaingan media dalam televisi , televisi tidak hanya memberikan dampak positif saja dalam penonton/pemirsa, jika pesan-pesan yang disampaikan oleh media masa televisi tidak sesuai dengan aturan-aturan penyiaran yang telah ditetapkan dan dikemas dengan baik, apa yang telah di tayangkan dalam media massa televise dalam TA (tarjet audien ) harus sesuai dengan usia. Kalau tidak dikaitkan dengan usia maka hal tersebut akan memberikan implikasi yang negatif terhadap kehidupan masyarakat. Makalah ini dibuat untuk memberi berbagai wawasan Sejarah dan Kemajuan Jurnalistik Televisi dalam Masyarakat, khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi atau pembaca yang memang ingin terjun dalam dunia televisi. Mudah mudahan makalah ini memberi manfaat.


Analisis Sejarah dan Kemajuan Jurnalistik Televisi dalam Masyarakat

Pendahuluan
Dalam perkembangan media teknologi komunikasi , televisi merupakan media gabungan antara audio-visual dan cinematography (pandang dengar dan gambar bergerak ) yang lagi tenar sekarang ini. Dalam sejarahnya juga ditemukan media komunikasi yaitu fotografi, telegraf, rekaman suara, serta telepon. Televisi sendiri adalah media komunikasi yang ditemukan setelah media cetak dan radio. Perkembangan suatu tecnologi komunikasi (televisi) dalam sebuah media massa bisa diibaratkan seperti dua garis yang bergabung menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi, dan berjalan sesuai kemajuan jaman. Setelah ada kehidupan manusia, pada jaman dahulu cara mengemas informasi melalui gerak tubuh, seiring perkembangan jaman maka dibentuklah bahasa sederhana (melalui mulut ke mulut) dalam sebuah kelompok/komunitas yang kemudian diaplikasikan sebuah tulisan, tidak lama kemudian teknologi juga tenar dan tecnologi mendukung media massa sesuai dengan perkembangannya. Peran media massa televisi sebagai media massa memiliki fungsi komunikasi massa yaitu fungsi mendidik (to educate ), fungsi memberikan informasi (to inform ), menghibur ( to entertain ) termasuk fungsi mempengarui (to persuade ).
Dalam media televisi sekarang, dunia informasi sudah jadi kebutuhan dan terus menggeliat dalam masyarakat contohnya adalah berita, mengapa berita ? karena mempunyai banyak informasi yang sangat penting dan masyarakat harus tahu. Sampai sekarang ini televise telah mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan berkembangnya dunia pertelevisian yaitu sebagai media penyampai pesan. Televisi memiliki dampak identifikasi optik yang tajam bagi pemirsa. Dengan hal ini pemirsa seakan-akan berada ditempat peristiwa yang di informasikan lewat televisi, pemirsa seolah-olah menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan hadir di tempat kejadian yang sebenarnya (realita), padahal yang di informasikan dalam sebuah acara yang disiarkan yaitu melalui jarak yang sangat jauh.
Pengaruh pemirsa dalam menyaksikan sebuah berita/acara yang lainnya berdampak pada identifikasi psikologi, setelah melihat sebuah tayangan dalam televisi , pemirsa merasakan secara outomatis kejadian yang ditayangkan dalam televisi, pemirsa terharu, sedih atau gembira karena apa yang telah ditayangkan dalam media televisi ini tidak mudah terlupakan dan terkadang bisa terbawa mimpi, atau terus keingat-ingatan dalam dirinya(Muis,2000).
Deddy iskandar mudah (2003) menegaskan, bahwa “khusus untuk medium televise, informasi yang diperoleh melelui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama jika dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui pembaca”.
Hal ini disebabkan karena gambar atau visualisasi bergerak mempunyai berfungsi sebagai tambahan dan dukungan informasi yang dituangkan dalam penulisan narasi. Penyiar sebagai pembaca atau yang membawahkan berita memiliki kemampuan untuk memperkuat daya ingat manusia melalui alunan nada dan tekanan suara. Alasan tersebut juga diperkuat karena informasi yang disampaikan melalui medium televisi, diterima dengan dua indera sekaligus secara simultan pada saat yang bersamaan. Kedua indera tersebut adalah indera pendengar (audio) dan indera penglihatan (visual).
Jadi pada waktu bersamaan, penonton atau pemirsa televisi dirangsang kedua inderanya secara automatis ketika mereka menonton siaran televisi. Oleh karena itu daya ingatan yang mengendap didalam ingatannya akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan membaca atau mendengar.
Televisi tidak boleh menayangkan berita-berita yang bersifat kekerasan disertai dengan gambar-gambar yang mengerikan. Hal ini dimaksud agar pemirsa tidak memiliki rasa takut atau trauma yang amat besar. Berita mengenai kriminal termasuk dalam kategori berita berat (hard news). Hard news sendiri memiliki arti berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi.
Dalam perkembangan televisi sekarang telah lahir stasiun-stasiun televisi baru baik lokal maupun nasional, maka semakin berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, berita-berita tentang tindak kriminal telah menjadi tren sekarang ini. Berita-berita pembunuhan, penganiayaan anggota keluarga dengan cara menyiram dengan air panas, memotong-motong anggota tubuh, membuang tubuh korban, pemerkosaan dan pelecean seksual, hal ini menjadi santapan televisi untuk menjadikan bahan informasi, mengupas sekilas tentang media televisi mengenai Jurnalistik. Bahwa televisi akan informasi telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Pembahasan
Media televisi termasuk dalam media massa, dan bersama-sama radio dan film merupakan media massa elektronik. Media elektronik adalah media massa disetiap menyampaikan pesan-pesannya sangat tergantung adanya listrik. Tanpa listrik media massa itu tidak dapat berfungsi. Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebagai media elektronik, tetapi mempunyai ciri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan media massa cetak seperti suratkabar dan majalah, untuk itulah dalam menyampaikan pesan-pesannya juga mempunyai kekhususan. Media cetak dapat kapan saja dinikmati/dibaca tetapi untuk televise/radio hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang. Rektor sekolah tinggi Publisistik/stp dijakarta- Drs.A.M Hoetasoehoet, membedakan media cetak dengan media televise/radio sebagai berikut:
Televise dan radio menguasai ruang, tetapi tidak mengasai waktu, sementara media cetak (suratkabar/majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang, dalam hal ini kalau radio dan televise pada saat ada siaran, siarannya dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancaran(menguasai ruang), suatu informasi yang disampaikan mudah diingat, tetapi siaran tersebut tidak dapat dilihat kembali(tidak menguasai waktu).
Sedangkan media cetak untuk sampai kepada pembacanya memerlukan waktu (tidak menguasai ruang), tetapi dapat dibaca kapan saja dan dapat diulang-ulang (menguasai waktu) karena perbedaan sifat inilah yang menyebabkan jurnalistik televisi, jurnalistik radio dan juga jurnalistik pers, meskipun semuanya tunduk pada ilmu induknya yaitu ilmu jurnalistik.(J B. Wahyudi, BA:1984)
Televisi adalah media massa yang luas dan mempunyai multifungsi yaitu mendidik (to educate), misalnya orang tua biasanya memilihkan chanel untuk anaknya sesuai dengan umurnya dan membangun dalam tingkat pendidikannya , menghibur ( to entertain ), hal inilah yang membuat televisi menjadi pengaruh atau kecandu dalam kehidupannya, kerena dalam tayangan televisi mempunnyai banyak hiburan yang menarik apalagi sekarang ini banyak chanel televisi yang mempunyai tayangan khusus hiburan, music dan lainnya. Televisi mempunyai daya mempengarui sangat tinggi dalam perilaku kehidupan dalam bermasyarakat, misalnya cara berbicara, berpakaian, karena apa yang telah ditonton secara outomatis mempengaruhi kalau kita sudah terkenak candunya. Dalam pengaruhnya kehidupan manusia misal politik, ekonomi, social, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan Negara.

Dalam Negara Indonesia chanel televisi swasta banyak menayangkan seperti (Adi Badjuri:2010:13) :
•    Infortainment, tentu saja tayangan berbau gossip dan membahas mengenai problematika para artis dan gaya hidupnya yang cenderung mewah dan ala socialite adalah suatu hal yang menarik. Rakyat biasa bisa memiliki ‘mimpi’ untuk mengintip dan setidaknya ‘menikmati’ gaya hidup para artis tersebut.
•    Games, tentu saja acara ini cenderung ditayangkan pada malam hari. Dengan berbagai konsep dan format. Dari sekedar adu fisik, hingga tebak kata dan bahkan registrasi sms yang tentunya memakan waktu dan biaya.
•    Sinetron, acara televisi saat ini tentunya didominasi oleh tayangan sinetron yang ditayangkan hampir seluruh stasiun televisi swasta. Selain dibumbui dengan banyaknya kehidupan mewa yang wah, juga berbagai adegan kekerasan dan berurai air mata. Namun masih juga ’merajai’ rating televisi hingga sinetron masih menjadi acara favorit tontonan pemirsa.
•    Reality show, saat ini reality show juga telah menjadi primodana tayangan televisi. Dimulai dari playboy kabel, mintak tolong, termehek-mehek dan lain sebagainya. Mengungkapkan banyak realita yang terjadi di masyarakat dan menggugah kepedulian dan kesadaran social para penontonnya.
•    Acara dan tayangan yang berbau mistis, goyang dangdut dan lainya.
Bisa dikatakan bahwa sesungguhnya media massa memiliki peranan penting dan berhubungan erat dengan kehidupan social budaya masyarakat. Bahwa apa yang ada di masyarakat, maka itulah yang tercermin dimedia. Bila memang dijadikan gambaran dari suatu keadaan, maka bisa diambil hikmah positifnya. Namun bagaimana bila itu justru menjadi negative dan ditiru oleh masyarakat seperti tayangan smackdown yang banyak ditiru anak-anak beberapa tahun lalu.
Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu penonton televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai informasi. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, dengan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual pesan-pesan yang disampaikan langsung mempengarui otak, emosi perasaan dan sikap pemirsa. (Adi Badjuri:2010)
Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat yang memasukkan informasi investigasi dalam salah satu program beritanya. Informasi investigasi tersebut diberi nama liputan investigasi yang diselipkan pada setiap program berita.
•    Sejarah Jurnalistik
Berasal dari kata DIURNALIS -JOURNAL berarti tiap hari, orang yang melakukan pekerjaan tiap hari. Di Roma 2000 tahun, ACTA DIURNA (Suatu tindakan-tindakan atau peristiwa harian) senat yang ditempel sebagai pengumuman. Jadi jurnalistik adalah suatu kejadian dalam sehari-hari yang membawa informasi yang sangat penting dan semua orang harus tahu (straightnews)
Dalam sejarah, pada hakehatnya jurnalistik televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dengan diketemukannya Electrische Teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin, paul nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Paul Nipkov diakui oleh seluruh dunia sebagai bapak televisi.
Setelah 100 tahun, perkembangan pertelevisian dunia menjadi sangat pesat. Dan bahkan telah menggeser radio, sesama media elektronika yang sebelumnya telah merebut hati dunia. Trilogi televisi yang terdiri dari studio pemancar pesawat televisi, dan mekanisme kerjanya sehingga penonton televisi dapat mengikuti siaran televisi, sangat menarik untuk dipelajari. (J B. Wahyudi, BA:1984)
Perkembangan Pers di Indonesia
Awal Kemerdekaan (1942-1945) Pers perintis
Setelah Indonesia Merdeka/ ORLA (1945-1959) Pers Perjuangan
Masa Orde Baru (1959-1998) - Pers Pembangunan
Era Reformasi (1998 - skg) -Pers Industri
Dampak perkembangan pers di Indonesia
Tahun 1615 Jan Pieterszoon Coen “Memorie der Nouvelles” ditulis tangan
Tahun 1717 Belanda mendatangkan mesin cetak (surat edaran kematian)
Tahun 1744 “Bataviasche Nouvelles”, yang dibawa dari Belanda
Tahun 1776 terbit di Jakarta “Vendu Niews” berita pelelangan
Daendels 1810 “Bataviasche Koloniale Courant” berita perdagangan dan iklan(mingguan)
Begitu Inggris datang ke Indonesia 1812 terbit Java Government Gazette (berita, humor/ lelucon)
Tahun 1814 Inggris mengembalikan Jawa & Sumatera ke Belanda, sehingga muncul De Bataviasche Courant tahun 1828 digantikan oleh Javasche Courant.
•    Sejarah televisi
Sejak munculnya Acta Diurna (pengumuman pemerintah) dan Acta senata(pengumuman senat ) di kerajaan romawi kuno saat pemerintah Julius Caesar, tahun 59 sebelum masehi, para ahli menilai bahwa hal tersebut merupakan cikal bakal adanya penyebaran informasi melalui tulisan. Perkembangan selanjutnya yaitu dengan diketemukannya cara cetak mencetak dengan huruf lepas pada tahun 1423 dan mesin pembuat kertas serta mesin uap pada abad ke-18. Maka semakin pesatnya perkembangan tecnologi percetakan/persuratkabaran, bahkan kini sudah semakin canggih. Selain dapat memproduksi ratusan ribu eksemplaar hanya dalam beberapa menit, juga telah memanfaatkan jasa tecnologi tinggi melalui signal satelit. (Deddy iskandar Muda:2005:3)
Televisi, merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama tecnologi pertelevisian tersebut adalah paul Nipkow dari jerman dilakukan pada tahun 1884. Ia menentukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai jantra nipkow atau nipkow sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televise elektris. Melalui bantuan satelit yang mampu memultipancarkan siaranya ke berbagai penjuru dunia tanpa ada hambatan geografis yang berarti. Di negara-negara eropa, amerika dan Negara maju lainya, puuluhan saluran televisi tersedia dan dapat dipilih sekehendak hati. Mereka bersaing untuk menyajikan acara-acaranya yang terbaik agar dapat ditonton oleh masyarakat. semuanya tentu dilandasi dengan perhitungan bisnis. (Deddy iskandar Muda:2005:3)
Menurut skornis dalam bukunya “television and society. An incuest and agenda”.(1965), dibandingkan media massa yang lainnya (radio,surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), teleisi mempunyai sifat istimewa.
Dan televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifatnya politisnya sangat besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan dan pendidikan atau gabungan dari ketiganya unsur tersebut secara kasat mata.
Sekilas gambar dalam sejarah perkembangan televisi




 Pada tahun 1873 seorang operator telegram menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (selenium photocell)
Kemudian piringan metal kecil berputar dengan lubang-lubang didalamnya ditemukan oleh seorang mahasiswa yang bernama Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi.












Setelah kita melihat gambar dari perkembangan tecnologi televisi diatas telah membawa perubahan yang semakin lama semakin canggih, dari awalnya TV hitam putih sampai berwarna kemudian menjadi warna yang sangat jerni dalam layar LCD seperti yang lagi tenar sekarang ini.
•    Pengaruh televisi dan jurnalistik
Sesuai dengan kemajuan televisi betapa besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia modern. Banyak aspek kehidupan manusia mulai dari jadwal tidur, menu makan, jenis minuman, memilih sabun mandi, sampo, minyak rambut, parfum, fashion, model tata rambut, tempat tamasya, topic perbincangan, humor, pilihan lagu dan lainnya, semuanya dipengaruhi oleh tayangan televisi. Oleh karena besarnya pengaruh televisi bagi kehidupan manusia modern maka kemudian muncul keinginan untuk memanfaatkan televisi sebagai media pendidikan. Kalau saja media yang sangat mempengaruh itu dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tentu akan memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan peradaban manusia. Harapan Demikian itulah yang mendorong munculnya upaya-upaya diberbagai Negara untuk mewujudkan televisi sebagai media pendidikan, lalu muncullah istilah televisi pendidikan atau TV-E (educational Televisi)
Meskipun televisi sabagai media massa yang tumbuh belakangan setelah Radio dan Cetak. Hal ini merupakan konvergensi dari media radio, surat kabar, industry music, pertunjukan panggung, dan sebagainya, televisi memiliki kekuatan yang sangat besar dibandingkan jenis media massa lainnya. Meskipun sekarang ini kedatangan internet hadir dengan berbagai kelebihannya, dimana-mana persentase penggunaan jenis media massa masih dikuasai televisi.
Kelemahan media televisi adalah berita yang ditayangkan dilayar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap isi berita pada tayangan pertama, ia tidak punya peluang untuk mintak ulang. Kecuali mungkin untuk berita yang sangat penting, sehingga dari waktu ke waktu selalu diluang dan perkembangannya di update oleh stasiun TV bersangkutan.
Keterbatasan tersebut berlaku untuk mesia TV konvensional. Namun, saat ini sudah muncul jenis media TV yang tidak konvensional. Sekarang disejumlah Negara maju sudah mulai diperkenalkan IPTV (internet protocol television), yang bersifat interaktif. Pemirsa yang berminat bisa mengulang bagian dari tayangan TV yang ia inginkan tentunya dengan membayar biaya tertentu.
Kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Konsekwensinya, crew televisi yaitu reporter dan cameramen harus bekerja sama saat berada dilokasi kejadian,ketika meliput suatu peristiwa. Dari sisi teknologi, proses meliput berita untuk televisi relative lebih rumit dibanding untuk media cetak atau radio. Karena itu, reporter perlu memiliki pengetahuan teknis dasar tentang perlengkapan liputan, seperti kamera, mike, tripot, dan lain-lain.
Kelebihan televisi
•    Kesan realistik : audio visual.
•    Masyarakat lebih tanggap : menonton dalam suasana santai, rekreatif.
•    Adanya pemilahan area siaran(zoning) dan jaringan kerja(networking) yang mengefektifkan penjangjauan masyarakat.
•    Terkait erat dengan media lain.
•    Cepat dari segi waktu, cepat dalam menyebarkan berita ke masyarakat luas.
•    Terjangkau luas, menjangkau masyarakat secara luas.
              Kelemahan televisi
•    Jangkauan pemirsa massal, sehingga pemilahan (sulit menentukan untuk pangsa pasar tertentu) sering sulit dilakukan.
•    Iklan relatif singkat, tidak mampu menyampaikan data lengkap dan rinci(bila diperlukan konsumen).
•    Relative mahal
•    Pembuatan iklan TV cukup lama.
Maju tidaknya suatu bangsa bisa dilihat salah satunya dari tayangan televisi misalnya, alasannya:
•    Consumerism and materialism is killing nature. Dua hal tersebut merupakan jargon yang senantiasa didendangkan televisi dalam setiap detik tayangannya. Padahal, mengonsumsi dan membeli lebih sedikit barang-barangnya (terutama yang sifatnya non-essential) tidak hanya menghemat anggaran tetapi juga meminimumkan dampak negative terhadap lingkungan.
•    Living with social pressure. Televisi mengajarkan untuk living the way society want it, not the way we want (need)it.identitas diri bukan lagi apa yang ada dalam hati dan pikiran, tetapi menjadi apa yang diditekan oleh televisi. TV menyiarkan A, besoknya ikut-ikutan A, TV mendengungkan B, lantas malu kalau tidak ikut B.
Kesimpulan
Memang benar setelah kita mengulas sedikit tentang perkembangan Televisi Jurnalistik, bisa disimpulkan bahwa sebuah informasi telah menjadi bagian kehidupan dalam masyarakat (tren), setelah seseorang melihat tayangan sebuah berita misalnya yang tren sekarang ini yaitu perampokan dan membunuh mahasiswa , lalu tidak lama kemudian orang tua yang mempunyai anak seorang mahasiswa akan menghubunginya, menyampaikan agar anaknya berhati-hati, setelah mendengar berita tersebut mahasiswa menjadi panik, sehingga membuatnya berhati-hati dalam kehidupan jauh dari orang tua.
Informasi bisa diibaratkan seperti makanan pokok yang menjadi bahan santapan dalam kehidupan sehari-hari, sebuah peristiwa atau kejadian adalah sesuatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam masyarakat. Televisi adalah sebuah ajang kebutuhan meskipun televisi bisa dikatakan barang mewa, tetapi hampir setiap rumah sudah memiliki televisi berarti televisi bukan barang mewa lagi, merupakan kebutuhan akan informasi, gara-gara televisi kita bisa mengetahui perkembangan teknologi didunia serta banyak informasi-informasi lainnya, jadi selama kita mengikuti maka tidak akan ketinggalan informasi yang tenar sekarang ini.

 
Daftar pustaka
Wahyudi,. 1983, Jurnalistik Televisi, Bandung : Alumni
Iskandar, Muda Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi. Bandung : ROSDA
Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi. Yogjakarta : Graha Ilmu
Harahap, Arifin S. 2007. Jurnalistik Televisi. Jakarta : PT. Indeks
Sumber Gambar   : http://misteridigital.wordpress.com/2007/09/24/sejarah-televisi/
Diposkan oleh atidctk on Jumat, 27 Februari 2009



























Perkembangan media jrnalistik
No    Perihal    Keterangan
1    Pengertian Jurnalistik    Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
1. Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.
2.    Perkembangan media cetak   
a.    Sejarah: Sebelum dan Sesudah Gutenberg    - Media cetak awal lebih banyak memperlihatkan perkembangan bentuk penerbitan ketimbang isi media itu sendiri. Novel adalah bentuk yang lazim karena bisa dicetak secara massal tapi tetap murah. Perkembangan awal terlihat dari penggunaan daun atau tanah liat sebagai medium bentuk media sampai percetakan. Johan Gutenberg menyempurnakan alat cetak yang mampu mencetak secara terbatas Tapi buku atau manuskrip hanya bisa dibaca oleh sementara orang.
- Kunci perkembangan media cetak adalah melek huruf (kemampuan untuk baca-tulis). Hanya memang melek huruf adalah kondisi yang dipunyai oleh kaum elite. Bahasa yang berkembang pun hanya beberapa bahasa pokok, bahasa latin – misalnya. Perkembangan pendidikan pada abad 14 juga mendorong perkembangan orang yang melek huruf. Perkembangan sosial pun mendorong kemampuan baca tulis orang kebanyakan, sehingga perkembangan dramatis media cetak pun semakin luas.
b.    Revolusi Gutenberg    - Gutenberg mulai mencetak Bible melalui teknologi cetak yang telah ditemukannya. Teknologi mesin cetak Gutenberg mendorong juga peningkatan produksi buku menjadi hitungan yang tidak sedikit. Teknologi percetakan sendiri menciptakan momentum yang justru menjadikan teknologi ini semakin mendorong dirinya untuk berkembang lebih jauh.
- Mulai muncul broadside ballads yang berisi syair lagu yang populer. Muncul juga chapbooks sebagai buku murah yang menggabungkan puisi, balada atau prosa pada sejumlah besar orang.
- Muncul juga perpustakaan yang juga berpengaruh pada masalah percepatan makna buku dalam masyarakat. Perkembangan dramatis buku sampai bisa menerbitkan dan menjual 600.000 copy pada awal abad 20.
c.    Media Cetak Pertama di Amerika    - Media cetak di Amerika juga berawal berkembang melalui buku-buku rohani. Sampai pada akhirnya terbitlah apa yang disebut sebagai almanac, yaitu buku non-agamis. Perkembangan buku non rohani mendapatkan tempat di Amerika, sampai Benjamin Franklin menemukan cara untuk mengembangkan media cetak tanpa harus ada embel-embel agama.
- Di Amerika juga, pertama kali dibuka perpustakaan berlangganan untuk membantu masyarakat “membaca”. Buku masih mahal, maka mulai dipikirkannya majalah atau koran yang lebih murah.
d.    Majalah Awal    - Majalah sesungguhnyan berkembang di Inggris. Majalah pertama kali berisi tentang humor terseleksi dalam mingguan atau bulanan, karya fiksi atau esay tentang politik-sastra-musik dan sebagainya.
- Majalah pertama di Amerika justru berkembang di Philadelphia. Majalah berisikan kurang lebih sama seperti yang berkembang di Eropa. Bahkan sampai-sampai majalah awal di Amerika cenderung diwarnai dengan isi politik.
- Beberapa majalah disebut miscellanies. Majalah ini adalah majalah yang berisi sekian ragam isi yang bisa dibaca oleh masyarakat.
- Beberapa majalah mempunyai pengaruh yang penting bagi masyarakat. Pengaruh ini terjadi karena majalah bisa menggambarkan atau melaporkan kejadian kepada masyarakat mengenai topik-topik yang hangat dalam masyarakat, seperti penggambaran dan pelaporan masalah perang saudara di Amerika.
e.    Amerika Membaca    - Seturut perkembangan ekonomi, sosial dan pendidikan masyarakat; maka keberadaan buku atau majalah menjadi penting. Terdapat juga proses popularisasi isi buku dan majalah.
- Beberapa buku atau majalah berkontribusi untuk menginspirasikan sesuatu kepada masyarakat. Efek budaya seperti yang terlihat oleh Novel mengenai suku Mohican yang Terakhir, efek politik yang memperlihatkan novel Uncle Tom’s Cabin berpengaruh pada proses oposisi atas perbudakan dan masih banyak lagi.
- Dalam perkembangan ini, muncul istilah novel murah dan genre. Dime Novels adalah novel yang murah. Genre adalah type atau bentuk dari isi media.
- Pada abad 20-an, perkembangan buku dan novel membawa masyarakat Amerika untuk mengembangkan genre buku yang semakin beragam dari masalah politik yang berat sampai cerita fantasi yang juga tidak sepi oleh pembaca.
f.    Muckraking    - Muckraking adalah genre majalah yang dalam konteks perkembangan ekonomi harus mampu membuat para pembaca tertarik sekaligus untuk mengembangkan jumlah pembaca tanpa harus ada biaya yang lebih besar. Muckraking adalah jenis majalah yang memperlihatkan ketidakbiasaan dalam hidup, mencari hal-hal yang buruk dari seorang figur publik tanpa harus merasa berdosa karena terlalu banyak fitnah yang diberikan. Muckraking sendiri tidak hanya berkembang dalam posisi yang sederhana tapi bisa dibawa dalam konteks persaingan ekonomi dalam perusahaan tertentu
- Muckraking juga bisa berarti positif karena muckraking adalah jurnalisme yang membuka kedok korupsi atau skandal.
g.    Majalah modern    - Setelah tahun 1900-an, banyak berkembang majalah baru. Majalah mulai berfokus pada ide atau genre tertentu. Ada majalah khusus wanita atau majalah bisnis.
- Majalah foto berita adalah majalah yang berisi foto-foto yang berisi berita tertentu. Majalah berita adalah majalah mingguan yang berfokus pada berita dan analisa.
- Pada tahun 1990-an, majalah memasuki era komputerisasi. Terdapat apayang disebut desktop publishing, yaitu proses editing atau peletakan atau memasukkan foto majala dalam komputer desktop. Era ini juga semakin memodernisasi sistem pengiriman atau penyebaran majalah pada khalayak.
- Media cetak mulai semakin tersegmentasi dan tersasar pada khalayak tertentu.
3.    Perkembangan media elektronik   
a.    Radio   
    Definisi Radio    - Radio adalah alat untuk menyampaikan pernyataan umum (information) yang auditif melalui gelombang elektromagnetis/gelombang listrik frekuensi tinggi dan bekerja atas dasar prinsip getaran udara. ( Drs Hasjin Nangtjik).
- Radio adalah nama untuk lapangan teknik arus listrik lemah yang memperhatikan transmisi (penyiaran) berita-berita dan lain-lain dengan tidak menggunakan kawat penghantar yakni tanpa menggunakan hubungan yang menghantarkan listrik atau stasiun pemancar adan stasiun penerima. (Ensiklopedia Indonesia)
    Perkembangan media radio    - Media Elektronik muncul setelah revoludi industri yang terjadi di Inggris (Eropa). Tonggak revolusi industri adalah sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt (1825 /Abad 17). Setelah ditemukannya mesin uap maka terjadi proses massifikasi proses produksi. Akibat dari massifikasi produksi menyebabkan raw material (bahan dasar) didalam proses produksi tidak lagi diperoleh di Eropa. Akibatnya terjadi praktek ekspansi / kolonialisasi untuk memperoleh bahan baku pendukung produksi. Adanya politik ekspansi pada akhirnya menimbulkan kesadaran adanya hambatan ruang dan waktu dalam proses komunikasi, sehinggas timbul rasa kebutuhan akan media komunikasi yang cepat dan efisien. (Juga sarana transportasi yang dapat mempercepat jarak, ruang dan waktu). Kesadaran ini menimbulkan proses kreatif yang memunculkan media komunikasi yang mengatasi jarak, ruang dan waktu yang menjadi embrio lahirnya usaha komunikasi eletronis saat ini.
Penemuan radio merupakan momentum proses panjang, penemuan-penemuan sebelumnya dalam ilmu fisika, kimia, matematika dan elektronika. Dan penemuan itu sendiri berkembang hingga keadaannya seperti yang disaksikan kini dan masih akan berkembang terus hingga akhir jaman.
- Pada tahun 1865 Prof. James Clerk Maxwell (Skotlad, Inggris, 1831 – 1879 ) guru besar elektro pada King’s College, mengumumkan teori gelombang electromagnet. Drs. Ton Kertapati menyebut Profesor ini sebagai Bapak Radio.
- 25 tahun kemudian Heinrich Rudolf Hertz ( 1857 – 1894 ) seorang sarjana Jerman melakukan eksperimen dengan teori-teori Maxwell dan menemukan gelombang electromagnet ( gelombang radio ). Ia mencoba melepaskan getaran-getaran listrik cepat ( electrically rapid vibrations ) ke angkasa. Hasilnya dipublikasikan dalam buku “Electromagnetic Waves and Their Reflection”.
Ilmuwan ( Scietist ) dari berbagai negara kemudian mengadakan eksperimen dengan gelombang electromagnet ini (1898). Mereka antara lain adalah : Karl Braun dan Adolp Slaby (Jerman), Alexander popov (Rusia), Eugene Ducretet (Prancis), Oliver Lodge dan Alexander Muirhead (Inggris), Reginald Fessenden dan Nicola Tesla (Amerika Serikat) dan Augusto Righi (Italia). Mendadak seorang pemuda Italia umur 24 tahun yang relatif tidak terkenal, Guglielmo Marconi tahun itu juga (1898) mendirikan World’s Commercial Radio Service. Dialah yang oleh banyak orang dianggap penemu dan pengembang radio.
Empat tahun sebelumnya Marconi membaca penemuan Hertz tentang gelombang electromagnet. Dengan bantuan Righi di Universitas Bologna, Marconi membangun pemancar dan penerima berdasarkan prinsip disain Hertz, Righi dan Lodge. Pada akhir tahun 1895 Marconi telah berhasil mengirimkan signal-signal sejauh 2 km. Marconi kemudian memutuskan untuk lebih menitik beratkan penemuannya itu guna keperluan komunikasi kapal-kapal di laut dan bukannya sekedar untuk menyaingi industri telegraf yang waktu itu sudah ada.
Karena itu ketika Pemerintah Italia menolak membantu usahanya ia pindah ke Inggris (1896), mengharapkan kepentingan maritime negeri itu dn daerah bangsawan Irlandia ibunya mempengaruhi sikap pemerintah Inggris. Di Inggris Marconi mendapat tempat dan dibantu oleh Sir William Preece, Kepala England’s Government Owned Telephone and Telegraph System.
- Pada tahun 1898, Marconi telah mampu mengirimkan signal sejauh 48 km, mendapat patent serta membentuk perusahaan. Keuntungan keuangan perusahaan itu digunakan untuk membiayai eksperimen selanjutnya.
Setahun kemudian Marconi telah mampu mengirimkan signal sejauh 106 km. Dan setelah itu berhasil pada jarak 240 km pada tahun 1900, Marconi mencoba transmisi Trans Atlantik. Marconi mendirikan super station dengan antenna raksasa (untuk ukuran waktu itu) di Poldhu, Inggris, dan stasiun yang lain di South Wellfleet, Massachusets (Amerika). Tetapi proyek ini disapu angin topan. Antena yang lebih sederhana didirikan kemudian di Poldhu dan pada tanggal 26 November 1901 Marconi pergi bersama 2 asisten ke St John’s, New Foundland dengan membawa peralatan penerima, kawat antena dengan layang-layang dan balon. Pada tanggal 12 Desember 1901 dengan antena sepanjang 120 meter dibantu dengan laying-layang marconi mendengar pesan (Massage) yang dikirim melewati Atlantik berupa 3 dot kode morse. Jaraknya adalah 2000 miles (3220 km). 5 tahun kemudian Marconi membangun hubungan tetap telegraph trans Atlantik dengan stasiun di Clifden (Irlandia) dan Glace Bay (Nova Scotia). Sejak itu perkembangan komunikasi antar kapal juga berkembang pesat.
Pertama kali suara manusia dapat disiarkan lewat radio (suara “ditumpangkan” pada gelombang radio) terjadi pada bulan Desember 1900, ditemukan oleh Fessenden yang mengajar di Universitas Pittsburg pada 1893 – 1900. ini menandai dimulainya radio telefoni. 6 tahun kemudian, pada perayaan Natal tahun 1906, suara manusia dan musik sekaligus berhasil dikirimkan lewat radio sejauh 24 km. Pada tahun 1906 itu juga de Forest menemukan thermionic triode. Penemuan ini merupakan peletak dasar industri elektronika (pada tahun 1925).
Dalam 20 tahun berikutnya radio telegrafi terutama digunakan untuk perhubungan kapal ke pantai (ship-shore communications), sedang radio telefoni berkembang menjadi macam-macam penggunaan seperti pada penambahan kecepatan pengiriman berita, pada kendaraan-kendaraan dan pada perlengkapan komunikasi pada saat-saat darurat (bahaya).
Pemakaian radio untuk siaran dimulai pada tahun 1915 oleh David Sarnof, dan setelah itu radio digunakan untuk berbagai kepentingan seperti kampanye, propaganda perang dan sebagainya.
- Kegiatan siaran radio swasta pertama kali dilakukan oleh Frank Conrad dari Amerika pada tahun 1920 dan sejak sat itu radio menjadi suatu bagian kegiatan industri komunikasi. Frank Conrad inilah yang memperkenalkan penggunaan gelombang shortwave dalam kegiatan penyiaran radio.
- Pada tahun 1933 Edwin H Amstrong mengembangkan kegiatan penyiaran yang bebas gangguan yaitu dengan ditemukannya gelombang FM untuk kegiatan siaran radio.
    Perkembangan media satelit    - Keterbatasan radio adalah radio hanya memiliki jangkauan pancaran siaran yang pendek. Dalam era global seperti sekarang ini, hal ini menjadi kontradiktif. Karena beberapa masalah tersebut, tentu saja ada upaya untuk menanggulanginya. Untuk memperluas cakupan siaran radio harus membuat setinggi mungkin menara antena pemancar radio. Upaya ini mempunyai keuntungan, yaitu menara tersebut bisa dijadikan landmark bagi daerah tersebut, tetapi untuk mendirikan menara setinggi itu memiliki kendala selain mahal, juga tidak bisa dibuat setinggi mungkin (ratusan meter) karena memerlukan kabel penghubung antara antena dengan pemancar yang lebih panjang sehingga mengurangi daya transmisi. Menara pemancar radio juga tidak mungkin ditempatkan di daerah dataran tinggi, gunung misalnya. Tetap saja daya pancarnya masih terbatas.
Akhirnya terdapat media baru yang memiliki cakupan ke seluruh permukaan bumi. Media tersebut adalah internet. Untuk mendengarkan radio melalui internet mempunyai beberapa syarat yaitu ; harus memiliki jaringan telepon dan piranti lunak (software) untuk menjalankan content audio, seperti Real Player. Di Indonesia radio yang siaran langsung melalui internet adalah HardRock 87.6 FM Jakarta, Sonora 100.9 FM Jakarta, Prambors Rasisionia 102.3 FM Jakarta, Ardan 105.8 FM Bandung, OZ 103 FM Bandung, Mercury 96 FM Surabaya, Salvatore 97.75 FM Surabaya, SFM 104.75 FM Surabaya, RCTFM 100.9 FM Semarang dan lain-lain.
Mendengarkan radio melalui internet juga memiliki masalah yaitu kualitas suara yang tidak dapat konstan, karena tergantung oleh saluran telepon yang digunakan. Alternatif terakhir untuk saat ini adalah menggunakan satelit yang kedudukannya bisa diatur hingga memiliki peta cakupan yang paling ideal berdasarkan koordinat penempatan yang diberikan. Hampir sebagian bola dunia bisa dicakup, paling tidak mencakup daerah yang sangat luas dibandingkan gedung maupun gunung tertinggi sekalipun. Boleh dikata, di mana pun berada, baik di tengah-tengah samudera, di kegelapan hutan belantara, di puncak gunung yang terpencil hampir tidak ada masalah lagi. Memang masih ada kendala, yakni radio penerimanya (receiver) harus cukup sensitif. Selain itu biaya infrastrukturnya juga sangat mahal. Akan tetapi kualitas suara tidak diragukan lagi. Pionir untuk radio satelit ini dapat disebut WorldSpace. (Siaran radio satelit ini bertumpu pada teknologi digital dan satelit berkekuatan besar
    Podcast    - Podcast berasal dari kata “Ipod” dan “Broadcast”. Ipod merupakan piranti pemutar digital keluaran Macintosh yang saat ini sedang populer. Podcast adalah merupakan siaran radio amatir yang setiap rang mampu melakukan siaran tanpa ijin, tanpa studio dan tanpa menara. Siaran radio podcast ini merupakan siaran rekaman yang dirubah dalam bentuk MP3 (Moving pictures Expert Group audio layer 3) atau dalam bentuk file suara. Siaran yang sudah terekam akan di tempatkan di suatu situs sehingga para pendengar di seluruh dunia akan dapat mengambilnya (mendownload) untuk diputar di pemutar digital masing-masing.
Dengan teknologi ini maka siaran radio semakin simpel dalam proses produksinya dan tanpa ijin dari segi penyiarannya plus efektif dan efisien. Sementara dari segi pendengar maka siaran podcast ini dapat didengarkan tapa terikat ruang dan waktu (dalam pengertian tidak harus sinkron dengan siaran yang sedng dilakukan).
b.    Televisi    -
    Sejarah perkembangan    - Seperti halnya dengan radio, televisi merupakan pewarisan sejarah yang berlangsung selama beratus-ratus tahun sejak zaman dahulu. Penemuan yang paling besar kelak akan berkembang terus dengan pesat adalah pengatahuan Bangsa Assyria tentang optik, cermin yang memantulkan dan lensa-lensa yang dapat membiaskan. Semua itu akhirnya memberikan ilham untuk menciptakan suatu alat yang dapat mengirimkan gambar-gambar. Observasi yang dilakukan oleh Thalus tentang sifat dan manfaat dari sinar kekuning-kuningan dan juga publikasi William Gilbert yang penting yaitu : “De Magnete” telah memberikan dasar bagi ilmuwan berikutnya untuk membangun suatu peralatan penyiaran radio.
Beberapa ahli mengatakan bahwa dasar perkembangan televisi yang nyata dimulai pada tahun 1817 yaitu pada saat diketemukannya isolasi selenium oleh seorang ahli kimia Swedia yang bernama Jakob Berzelius. Sebetulnya pada mulanya Ia tak mengetahui sifat dari photoelectricity yang pada akhirnya terbukti selenium menjadi suatu zat yang memungkinkan konversi energi sinar menjadi energi listrik. Penemuan bahwa selenium akan bereaksi terhadap sinar adalah secara kebetualan oleh seorang telegrafer muda yang bekerja pada Valentina di Irlandia.
Gb. John Logie BairdSerangkaian penemuan - penemuan yang berhubungan dengan kesempurnaan televisi adalah di dasarkan pada teori-teori Maxwell tentang elektromagnetik dan gelombang listrik. Penemuan George Stokes bahwa kaca uranium dan florit mempunyai energi untuk mengubah sinar ultra violet yang tak dapat dilihat menjadi sinar yang dapat dilihat. Pada tahun 1884, Paul Nipkow seorang Jerman melakukan percobaan pemindahaan proyeksi gambar dengan teknik yang disebut “scanning disk”. Alat yang digunakan berupa piringan yang berputar yang mampu memproyeksikan gambar ke bidang lain.
Penemuan berikutnya adalah transmisi proyeksi objek manusia atau fenomena yang dinamakan “Scanning” method”. Dalam hal ini gambar dipecah menjadi segmen-segmen yang kecil dan kemudian dikirimkan tiap-tiap segmen berangkai ke titik penerima. Di titik itu jumlah total gambar di kumpulkan lagi. Scanning method ini diperkenalkan oleh John Logie Baird pada tahun 1924. Jawaban terakhir dari inovasi pendahuluan televisi adalah penemuan sistem pick up elektronis, sehingga pada tahun 1923 televisi berkembang sebagai pengetahuan elektronis.
Pada tanggal 29 Desember 1923 Dr.Vladimir K. Zworykin, seorang asisten direktur RCA mengajukan penemuan dasarnya yaitu iconoscope. Iconoscope ini dipakai sebagai mata kamera. Gambar televisi di demontrasiakan pertama kali pada tanggal 8 November 1929 pada pertemuan Institute Insinyur-Insinyur Radio di Rochester, New York. Mulai tahun 1933 teknologi televisi telah menghasilkan peralatan-peralatan teknis. Tiga tahun kemudian RCA mendemontrasikan siaran jarak jauh melebihi jarak satu mill. Dua bulan sesudah itu prestasi itu terlampaui ketika gambar-gambar di transmisikan dari Empire State Building dan diterima dari jarak 50 mill lebih.
Sesudah tercapainya prestasi tersebut, maka perkembangan televisi sedemikian pesat dan mengagumkan. Penemuan Satelit Komunikasi, di temukan Direct Broadcasting Satelite system, High Definition TV Broadcasting, Imac dan sebagainya telah menampilkan televisi sebagai medium komunikasi massa yang berkemampuan dan berdaya tarik hebat.
    HDTV / High Definition Television (Televisi berketajaman gambar sangat tinggi )    - HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar (resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan kualitas film 35-mm) dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk). Dalam hal ini teknologi pemrosesan sinyal dijital dan displai memberikan peran yang sangat penting. Diharapkan juga bahwa nantinya bisa melayani multi-bahasa dan multi media.
HDTV adalah suatu produk sistem teknologi baru, maka pendefinisiannya secara baku sulit ditemukan. Namun secara "trend" HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar (resolusi) sangat tinggi, hampir menyerupai "compact disc" (CD). Sejarah singkat HDTV dimulai dari Jepang yang sudah mulai menggarap di laboratorium NHK sejak tahun 1968, kemudian pada dekade 1980 diikuti negara-negara Eropa yang mengembangakan secara bersama melalui Masyarakat Eropa(ME). Dalam pengembangan tahap awal, Eropa masih menggunakan teknologi Analog (HD-Mac). Sementara Amerika meskipun terlambat dalam mengembangkan teknologi ini, ternyata dengan kejeliannya mampu memanfaatkan kelemahan sistem yang ada.
Jepang mulai November 1991 berhasil mengadakan siaran percobaan delapan jam sehari. Beberapa kejadian penting juga telah disiarkan secara langsung di jepang melalui sistem HDTV ini diantaranya Olimpiade Bercelelona 1992, pesta pernikahan Putra Mahkota Naruhito dengan Masako Owada dll-nya. Sedangkan aplikasi HDTV selain untuk sistem siaran adalah untuk hiburan ("mini-cinema"), museum, pendidikan dan latihan sebagai contoh opersai bedah (kedokteran) dan lain-lain.
Untuk menyelenggarakan sistem siaran HDTV, secara teknologi diperlukan tiga komponen utama yaitu studio produksi, transmisi dan tentu saja pesawat penerima yang biasa dikenal sebagai pesawat televisi. Suatu sistem siaran HDTV disebut "full digital" jika semua komponen sistem siaran tersebut digital. Sistem digital mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan sistem analog diantaranya adalah perbaikan ketajaman gambar maupun kualitas suara, hal ini disebabkan sinyal distorsi yang disebabkan "interference" lebih mudah dieliminasi. Disamping itu, karena representasi digital menggunakan bahasa nol dan satu, sistem digital mudah dimanipulasi untuk tujuan tertentu. Selain sinyal gambar (citra), sinyal lain seperti suara, teleponi, komputasi dengan menggunakan pengubah analog to digital dapat didigitalisasi menjadi bahasa yang seragam yaitu nol dan satu. Kesamaan reperesentasi beberapa sinyal tersebut, memnungkinkan untuk mengembangkan kemampuan pemrosesan menjadi suatu kerangka yang disebut sistem multimedia, baik untuk tranmisi multimedia, displai multimedia maupun komputasi multi media.
    TV Kabel    - TV Kabel bermula pada tahun 1947, ketika seorang yang berhasil menangkap siaran TV dari kota lain dengan sebuah antena ditinggikan. Siaran TV tersebut kemudian dibagi-bagikan melalui kabel ke rumah-rumah dengan imbalan sedikit bayaran. Itulah awal siaran TV di sebuah kota kecil Amerika. Awal industri siaran TV Kabel yang didapat dengan cara begini disebut CATV (Community Antenna Television). CATV berkembang lambat, hanya 14.000 rumah tangga yang tercatat sebagai pelanggan di 70 daerah (kota kecil). Baru pada tahun 1970, TV Kabel menjadi bagian dari hampir seluruh daerah masyarakat rural dan suburban, dan kemudian jaringan besar mulai dibuat di kota-kota besar.
Yang disebut TV Kabel termasuk layanan informasi dan hiburan melalui jalur kabel khusus atau komunikasi telepon biasa (artinya melalui kabel-kabel telepon) , wireless (station pemancar yang berbeda alias lebih canggih dari pemancar TV biasa) dan Direct Broadcasting Satelites. Tidak seperti over the air TV (Pemancar TV biasa) , TV Kabel mengharuskan pemirsanya membayar apa yang ditontonnya, baik secara teratur (per bulan) atau per program yang ditonton atau biasa disebut PPV (Pay Per View). Itu sebabnya TV Kabel juga berarti digunakannya Decoder seperti yang dulu pernah digunakan oleh RCTI & yang digunakan oleh Indovision saat ini.
    DBS (DIRECT BROADCASTING SATELITE)    - DBS atau sering juga disebut DTH (Direct To Home) adalah siaran televisi melalui satelit langsung ke pesawat televisi (melalui antena), seperti yang dilakukan oleh Indovision di Indonesia. DBS mampu menyediakan puluhan saluran. Pada pertengahan tahun 1994 di Amerika telah dikembangkan dan dipasarkan sistem DBS yang lebih baru yaitu sistem digital, sehingga siaran DBS kini bisa memilki kualitas gambar dan suara digital, juga saluran yang lebih banyak. Peralatan yang harus dimiliki untuk menangkap siaran DBS yang digital itu sering disebut dengan DSS (Digital Satelite System).
Berbeda dengan peralatan penangkap siaran televisi satelit sebelumnya, sistem DSS hanya memerlukan antena piring sebesar 18 inchi atau kurang dari 50 centimeter. Ini dimungkinkan oleh adanya high power satelite yang menggunakan transponder Ku-band bukan C-band. Indovision adalah contoh televisi satelit yang menggunakan transponder C-band.
c.    Film    -
    Perkembangan media film    - penakitoscope
Camera Obscura Keberadaan film baru muncul pada abad 19, dan kemunculannya berlangsung secara stafet melaui serangkaian proses teknik yang mendahului. Teknik pendahulu tersebut adalah teknik pemotretan dan proyeksi. Teknik pemotretan diawali pada tahun 1500, ketika Leonardo da Vinci menemukan sebuah alat pemotret yang disebut dengan Camera obscura. Penemuan dalam pemotretan terus berkembang ketika Joseph Nipcchere Niepce berhasil membuat alat potret yang mampu menangkap objek dalam waktu relatif singkat.
- Penemuan susulan kemudian ditemukan pada tahun 1832 oleh Plateu yang menemukan alat penakitoscope. Alat tersebut berupa dua piringan yang terdiri dari gambar/lukisan yang menunujukan runtutan gerakan dengan piringan hitam yang berlobang. Jika diputar dalam satu sumbu maka gambar akan terlihat bergerak.
Tahun 1834. W.G Horner menemukan alat yang dikenal dengan Zoettrope. Alat ini berupa drum kecil yang berlobang disetiap sisinya. Didalam drum ditempel gambar tangan yang apabila diputar juga menghasilkan gambar yang bergerak.
- Disisi lain tahun 1877 Emile Reynaud mengenalkan alat yang disebut Praxinoscope. Alat ini mirip sekali dengan Zoettrope, Namun ditengah drum diberi kaca prisma sehingga efek gambar yang terlihat semakin dramatis. Alat ini kemudian menjadi populer dan Reynaud mulai mem-bisniskan alat penemuannya tersebut dalam bentuk teater hiburan.
Pada tahun 1888, Thomas Alfa Edison berkerjasama dengan W.K.L Dickson menghasilkan alat proyeksi film yang disebut dengan kinetoscope. Penemuan ini didasarkan pada keinginan dari Edison untuk membuat media yang diperuntukkan dinikmati oleh mata dan telinga setelah penemuannya berupa phonograph.
Pada waktu yang hampir bersamaan sekitar tahun 1895, dua bersaudara Lumiere bersaudara dari Perancis membuat cinematographe. Keduanya berhasil membuat alat untuk mengabadikan serentetan potret objek yang bergerak. Disamping itu Paul dari Inggris menemukan Vitascope, dan dua saudara dari Jerman Skladanowski dari Jerman berhasil menemukan alat proyeksi yang disebut Bioscope.

Adanya penemuan-penemuan baru tersebut maka sekitar tahun 1895 kota-besar seperti New York, London, Paris dan Berlin mulai memutar pertunjukan film. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penemuan film hingga dapat menjadi apa yang disebut sebagaai cinematografi adalah berlangsung dari tahun 1822 hingga 1895.
Pada periode permulaan film, film yang diputar masih pendek dan berupa film bisu (silent movie) umumnya ditumpangkan pada acara sandiwara vaudeville . Film yang diputarpun tidak berisi cerita tetapi cenderung hanya bersifat dokumenter yang mempertunjukkan tentara berbaris, kereta api yang sedang berjalan dan sebagainya. Meskipun begitu penonton tetap takjub dibuatnya.
- Sekitar tahun 1900, seorang Amerika bernama Marcus Loew melihat film dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan, oleh karena itu Loew berusaha membuat pertunjukkan film dalam ruangan tersendiri, dengan penonton khususs dan dengan karcis khusus. Keberhasilaan Loew ini menyebabkan banyak eksperimen dibidang film untuk membuat film cerita. Adalah Edwin S Porter pada taahun 1903 berhasil membuat film cerita berjudul The Great Train Robbery. Meskipun hanyaa berdurasi 8 menit film ini diakui sebagi film cerita pertama di dunia
Film kedua setelah the train adalah film berjudul The Birth Of Nation yang dibuat tahun 1915 oleh David W Griffith. Film yang diputar ini sudah memiliki durasi selama 3 jam. Revolusi layar perak kemudiaan terjadi pada tahun 1927 yang ditandai dengan diputarnya film The Jazz Singer produksi Warner Bros Picture di Hollywood yang berupa film bicar untuk pertama kali. Teknologi yang menyatukan ssuaaraa dengan gambar pada pita film disebut dengan Vitaphone.
Selain menyatukan suara dengan gambar film, tahun 1923 banyak juga dilakukan percobaan pewarnaan film. Herbert kalmus salah satu orang yang menemukan teknik pewarnaan film yang disebut dengan Technicolour. Cara yang dilakukan masih sederhana yaitu dengan mewarnai film dengan berbagai spektrum warna yang bila disatukan akan menghasilkan film berwarna. Tahun 1935 muncul film yang berjudul Becky Sharp sebagai film pertama berwarna dengan teknik yang lebih sempurna.
Penemuan lain yang lebih mutakhir terjadi pada taahun 1952 dengan penemuan yang disebut dengan Cinema Scope buatan perusahaan film 20th Century Fox dan sistem inilah yang sampai sekarang tetap digunakan dalam pertunjukkan layar lebar.
SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA MASSA CETAK (KORAN)






5 Votes
tugas kuliah “junalisme kontemporer” gw ni…
PERKEMBANGAN MEDIA MASSA CETAK (KORAN)
Ide surat kabar sendiri sudah setua zaman Romawi kuno dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acra Diurna”, yang terjemahan bebesnya adalah “Kegiatan hari”. Kemudian Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad kelimabelas, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar.
Surat kabar pertama kali dibuat di Amerika Serikat, dengan nama “Public Occurrenses Both Foreign and Domestick” di tahun 1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena beritanya menentang pemerintah, tetapi Cuma gara-gara dia tidak mempunyai izin terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus mempunyai izin terbit, di mana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan para pejabat agama. Mereka takut mesin-mesin cetak tersebut akan menyebarkan berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu dikontrol ketat.
Kemudian surat kabar mulai bermunculan setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai politik yang saling bertentangan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk membuat berita secara objektif., kecuali untuk menjatuhkan terhadap satu sama lainnya. Washington dan Jefferson dituduh sebagai penjahat terbesar oleh koran-koran dari lawan partainya.
Apapun situasinya, rakyat hanya menginginkan Amandemen dalam konstitusi yang akan menjamin hak koran-koran ini untuk mengungkapkan kebohongan yang terburuk sekalipun tanpa takut dibrendel oleh pemerintah. Presiden John Adams membreidel koran ”The New Republik”. Akibatnya partai Federal pecah dan sebaliknya menguatkan posisi Jefferson. Aksi breidel-membreidel ini sampai membuat keheranan seorang menteri bangsa Prusia yang berkunjung ke Kantor Jefferson. Secara kebetulan, ia membaca koran dari partai Federalis yang isinya meyerang Jefferson habis-habisan.
Kritik-kritik keras tidak hanya menyerang Washington, Jefferson, John Adams ataupun James Medison, pokoknya semua kena. Dan selama koran tetap dikuasai oleh para anggota partai politik saja, maka tidak banyak yang bisa diharapkan.
Kemudian kecerahan tampaknya mulai menjelang dunia persurat kabaran. James Gordon Bennet, seorang berkebangsaan Skotlandia melakukan revolusinisasi terhadap bisnis surat kabar pada 1835. Setelah bekerja di beberapa surat kabar dari Boston sampai Savannah akhirnya dia pun mendirikan surat kabar sendiri. Namanya ”New York Herald” dengan modal pinjaman sebesar 500 dollar. Percetakannya dikerjakan di ruang bawah tanah di Wall Street dengan mesin cetak yang sudah tuam dan semua pekerjaan reportase dilakukannya sendiri.
”The Herald” dan Bennet memperlihatkan kepada Amerika dan dunia tentang bagaimana cara mendapatkan berita. Tidak lama kemudian Bennet pun berhasil meraih kesuksesan dan membangun kantor beritanya sama seperti kantor-kantor perusahaan surat kabar yang banyak kita jumpai sekarang. Dia juga sudah menempatkan koresponden-korespondennya di luar negeri di mana beritanya dikirim dengan usaha paket milik Bennet sendiri, dari pelabuhan New York ke kantornya di kota. Dia juga yang pertama-tama mendirikan biro di Washington, dan memanfaatkan jasa telegraf yang baru saja ditemukan.
Sejak itulah berita sudah mulai dipilah-pilahkan menurut tingkat kepentingannya, tapi tidak berdasarkan kepentingan politik. Bennet menempatkan politik di halaman editorial. Isi korannya yang meliputi soal bisnis, pengadilan, dan kehidupan sosial masyarakat New York memang tidak bisa dijamin keobyektifatnya, tetapi setidaknya sudah jauh berubah lebih baik dibandingkan koran-koran sebelumnya.
Enam tahun setelah ”Herald” beredar, saingannya mulai muncul. Horace Greely mengeluarkan koran “The New York Tribune”. Tribune pun dibaca di seluruh Amerika. Pembacanya yang dominan adalah petani, yang tidak peduli apakah mereka baru sempat membaca korannya setelah berminggu-minggu kemudian. Bagi orang awam, koran ini dianggap membawa perbaikan bagi negara yang saat itu kurang terkontrol dan penuh bisnis yang tidak teratur.
Koran besar yang ketiga pun muncul di New York di tahun 1851, ketika Henry J. Raymond mendirikan koran dengan nama “The New York Times”, atas bantuan mitra usahanya, George Jones. Raymond-lah yang mempunyai gagasan untuk menerbitkan koran yang non partisan kepada pemerintah maupun perusahaan bisnis. Beruntung, saat itu Presiden Lincoln tidak pernah melakukan pembreidelan terhadap koran-koran yang menyerangnya.
Setelah serentetan perang saudara di Amerika usai, bisnis persuratkabaran pun berkembang luar biasa. Koran-koran pun mulai muncul di bagian negara-negara selain New York dan Chicago. Di selatan, Henry W. Grady dengan koran “Konstitusi Atlanta”. Lalu, muncul koran “Daily News” dan “Kansas City Star” yang mempunyai konsep pelayanan masyarakat sebagai fungsi dari sebuah sebuah surat koran. Bahkan pemilik Star, Rockhill Nelson bersumpah untuk mengangkat kota Kansas dari “kubangan lumpur” dan berhasil. Di barat, Jurnalisme Flamboyan diwakili oleh “Denver Post” dan koran-koran San Fransisco.
Di New York, surat kabar dianggap sebuah bisnis yang bakal menjanjikan. Charles Dana membeli surat kabar ”Sun” dan menyempurnakannya. Editornya, John Bogart punya cerita sendiri tentang berita. Menurutnya ”kalau anjing menggigit manusai, itu bukan berita. Tapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru namanya berita”.
James Gordon Bennet Junior (anak Bennet) dan Joseph Pulitzer merupakan rival-rival utama Dana. Bennet Jr. Memperlihatkan cara membuat berita yang baik. Prestasinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengirimkan Henry Stanley, seorang wartawan London, untuk mencari David Livingstone, seorang misionaris yang hilang di hutan.
Sedangkan Pulitzer mempunyai koran yang bernama ”New York World” dan terkenal sejak jaman perang saudara sampai akhir abad itu. Pulitzer melakukan taktik yang lebih baik dibanding para pendahulunya. Editorialnya yang bersifat perjuangan ke arah perbaikan dan liberal, liputan beritanya yang serba menarik, dan taktik diversifikasinya mengundang decak kagum seperti yang pernah dilakukan oleh Herald. Pulitzer adalah yang pertama kali menerbitkan koran mingguan, di mana isinya ditulis oleh para penulis terbaik yang pernah ada.
Pada tahun 1892 supremasi Pulitzer ditantang oleh William Randolp Hearst lewat koran ”World”. Dalam hal inovasi dan keberanian, ”World”-nya Hearst lebih dari ”World”-nya Pulitzer. Bukan itu saja, koran Hearst isi beritanya jauh lebih flamboyan daripada koran Pulitzer. Hearst banyak mempekerjakan orang-orang terbaiknya Pulitzer. Dia mempekerjakan Richard Outcault, kartunis Pulitzer dan mendorongnya untuk menciptakan sebuah featuer bernama ”The Yellow Kid”, yang menandai lahirnya cergam komik di Amerika.
Pada masa perang antara Amerika dan Spanyol, kedua koran ini berteriak paling keras mendukung Amerika Serikat untuk terjun perang, memimpin suara rakyat dengan padan suara jurnalisme dalam skala nasional, dan memojokkan ke dalam konflik yang tidak terhindarkan. Selanjutnya di perang Amerika-Kuba, keduanya mengalihkan kompetisinya dalam usaha meliput perang.
Setelah Pulitzer meninggal, ”New York World” malah menjadi yang terbesar di dunia. Orang menyebut Pulitzer sebagai ”wartawannya surat kabar”. Sebaliknya, Hearst bersama koran-koran lainnya terpukul keras ketika depresi besar terjadi. Tetapi usaha majalahnya yang paling terkemuka, yakni ”Good Housekeeping” dan ”cosmopolitan” tetap terus berkembang pesat.
Dalam perkembangannya, surat kabar berangkat sebagai alat propaganda politik, lalu menjadi perusahaan perorangan yang disertai keterkenalan dan kebesaran nama penerbitnya, dan sekarang menjadi bisnis yang tidak segemerlap dulu lagi, bahkan dengan nama penerbit yang semakin tidak dikenal.
Perubahan ini memberikan dampak baru. Ketika iklan mulai menggantikan sirkulasi (penjualan langsung) sebagai sumber dana utama bagi sebuah surat kabar, maka minat para penerbit jadi lebih identik dengan minat para masyarakat bisnis. Ambisi persaingan untuk mendapatkan berita paling aeal tidaklah sebesar ketika peloporan. Walaupun begitu, perang sirkulasi masih terjadi pada tahun 1920-an, tetapi tujuan jangka panjang mereka adalah untuk mencapai perkembnagn penghasilan dari sektor iklan. Sebagai badan usaha, yang semakin banyak ditangani oleh para pengusaha, maka surat kabar semakin kehilangna pamornya seperti yang dimilikinya pada abad ke-19.
Namun, surat kabar kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting. Surat kabar yang mapan kini tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin obyektif, yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.
Kenaikan koran-koran ukuran tabloid di tahun 1920-an yang dimulai oleh ”The New York Daily News”, memberikan suatu dimensi baru terhadap jurnalisme. Akhirnya memang menjadi kegembiraan besar bagi kehidupan surat kabar, terutama dalam meliput berita-berita keras. Perubahan lain yang layak mendapat perhatian adalah timbulnya sindikasi. Berkat adanya sindikat-sindikat, maka koran-koran kecil bisa memanjakan p[embacanya dengan materi editorial, informasi, dan hiburan. Sebab kalau tidak, koran-koran kecil itu tentu tidak dapat mengusahakan materi-materi tersebut, lantaran biaya untuk itu tidaklah sedikit. Sindikat adalah perusahaan yang berhubungan dengan pers yang memperjualbelikan bahan berita, tulisan atau bahan-bahan lainuntuk digunakan dalam penerbitan pers.
Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Namun, sampai sekarang, koran masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa koran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Dengan karakter khususnya ia mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.
Sejarah Perkembangan Jurnalistik Sebagai Alat Komunikasi Sekaligus Media
Posted on November 27, 2011 by soulsocity
Oleh: Syafirullah El Muharram
NIM: 201010040311309

Sejarah Jurnalistik
Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”,  “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.

Masa Perkembangan
Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya ”Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di  suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493.
Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”.
Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.
Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun   1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 -  1911).
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan.
Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18  dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.
Perpecahan  antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih  berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.
Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah.  Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).
Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.
Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Namun, jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi.
Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.
Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.

Teknologi Informasi
Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar.
Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.
Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi.
Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun.
Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja.
Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica juga pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.





Referensi:
1. Assegaff, 1982, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan, Jakarta, Ghalia Indonesia.
2. Muis, A. 1999, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama.
3. Kasman, Suf. 2004, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta, Penerbit Teraju
4. Romli, Asep Syamsul M. 2005, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Bandung, Batic Press
5. Suhandang, Kustadi. 2004, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung, Penerbit Nuansa.
6. Sumadiria, AS Haris. 2005, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Prakti




Proses Sejarah Lahirnya Jurnalistik sebagai Media Komunikasi Massa
Oleh A. Moein MG
 Manusia mempunyai kecenderunganuntuk selalu didorong oleh perasaan ingin memberi tahu (sense of pubI ici ty) terhadap sesuatu yang diketahuinya. Bahkan terhadap masalah pribadi pun ingin disampaikannya pada orang lain, sekalipun terbatas pada orang-orang tertentu saja. Faktor tersebut karena dorongan rasa sense of publicity (dorongan perasaan ingin memberi tahu).
Di samping itu, manusia pun memiliki perasaan ingin tahu (sense of curiousity) terhadap segala sesuatu yang belum diketahuinya. Apakah itu menyangkut orang lain, pribadinya atau hal-hal lain yang menarik perhatiannya.
Dorongan ingin tahu dan dorongan ingin memberi tahu itulah yang melahirkan “komunikasi” antar manusia.
Ilmu komunikasi menurut Edwin Emery, Philip H.AuIt dan Warren K Agce adalah: Seni mengalihkan
informasi, ideaaidea dan sikap-sikap dari seseorang kepada orang lain” (“The art of transmitting information, ideas and attituden from one person to another”). Dan yang banyak dibicarakan orang adalah yang menyangkut komunikasi massa yang berarti “Penyampaian informasi. idea. sikap-sikap kepada sejumlah hadirin yang berbeda-beda melalui penggunaan media yang telah tersedia untuk maksud tersebut” (massa communication – deliuering information, ideas, and attitudes to a sizabe and cliuersified audence throuth use of the media developed for that purpose). Dalam proses komunikasi. terdapat tiga komponen, yaitu :
1.    Komunikator, sumber yang mengirim pesan,
2.    Pesan (message) itu sendiri,
3.    Yang menerima pesan, disebut sebagai komunikasi.
Dalam praktek komunikasi, komunikator biasanya dalam mengirim pesan kepada komunikan, dengan maksud agar komunikan menerima bahkan menurut kepada komunikator. Jadi komunikan oleh komunikator dirubah sikap dan cara berfikirnya sesuai dengan kemauan komunikator yang dilaksanakan melalui pesan (message)»-nya (Carl Haveland).
Perkembangan kebutuhan berkomunikasi itulah akhirnya melahirkan media massa. Yang antara lain disebut : Pers atau Jurnalistik. Karena dalam pengkajian melalui buku ini, kita titik beratkan pada masalah Pers dan Jurnalistik, maka ada baiknyaljika diketahui ala kadarnya proses awal mula lahirnya Pers tersebut.
Tentu saja pengertian Pers yang dimaksud adalah pengertian Pers dalam arti yang luas. Pengertian “Press” ini, secara sempit hanyalah meliputi media cetak saja. (Proses – tekan). Tetapi dalam arti luas dapat diartikan sebagai media massa secara keseluruhan sesuai dengan kemajuan teknologi, termasuk media massa elektronika yang serba modern. Dan ini sesuai pula dengan definisi komunikasi massa versi Edwin Emery dan kawan-kawannya berbunyi:
“Mass communication – deliuering information, ideas, and attitudes to a sizable and developed for that purpose”. “Komunikasi massa adalah kegiatan menyampaikan informasi, idea, sikap kepada sejumlah orang yang berbeda-beda, dengan mempergunakan media yang diciptakan untuk maksud tersebut”.
Hakekatnya kelahiran Pers tidak mandiri. Tetapi lahir guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghajatkan informasi, yang selalu ingin tahu yang haus berita. Dan karena kedudukannya dalam melayani kebutuhan masyarakat tersebut. Pers merupakan lembaga sosial. Oleh karena itu pers juga mengemban fungsi sosial. Di samping itu, Pers juga mempunyai fungsi menghubungkan, fungsi menyusun dan membentuk public opinion (pendapat umum), serta fungsi menilik (kontrol).
FUNGSI SOSIAL
Terdapat dari 4 bagian pokok :
1.    To Inform (memberi informasi),
2.    To lnterpreted (memberi penjelasan),
3.    To Guide (membimbing – mendidik),
4.    To Entertain (menghibur).
To Inform, yakni memberikan informasi, atau penerangan. lni dapat berupa memberikan keterangan
tentang kejadian-kejadian sehari~hari di lingkungan kota, daerah, negara maupun lingkungan internasional.
Informasi atau penerangan itu terutama adalah hal-hal yang patut diketahui oleh masyarakat, serta hal-hal yang masyarakat ingin ketahui. Sementara ahli berpendapat, hal-hal yang harus diinformasikan itu dapat digolongkan dalam dua jenis, yakni What the public should be know (Apa yang pembaca perlu atau akan ketahui), dan yang kedua adalah What the public wants to be know (Apa yang pembaca ingin ketahui).
aDalam kedudukannya sebagai lembaga sosial, adalah sepantasnya bila Pers dalam mengemban tugasnya melakukan pula kontrol serta mengkritik akan hal-hal yang tidak wajar, akan penyimpangan, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Sasaran kontrol ini tidak semata-mata ditujukan kepada pemerintah/penguasa saja, tapi jugakepada masyarakat. Dengan peranannya yang demikian itu (fungsi sosial), maka tidak akan sulit untuk memahami, bila pers diberi predikat sebagai “The Fourth Estate” atau “Perangkat Keempat”.
Artinya, meskipun non-formil pers diakui sebagai perangkat atau lembaga keempat, di samping tiga lembaga resmi: Eksekutifi Legislatif dan Yudikatif menurut formula Montesquieu. Dalam konstelasi ketatanegaraan/pemerintahan. Dengan peranan itu, pers dalam menjalankan fungsinya dapat bertindak seolah~olah sebagai lembaga Eksekutif, sebagai layaknya lembaga Yudikatif. Dalam kedudukannya sebagai perangkat keempat tadi, maka peranan Pers dalam pergaulan hidup, senantiasa diperhitungkan oleh penguasa negara/pemerintahan. Mengabaikan peranan Pers, ibarat menghancurkan diri sendiri. Bahkan ada sementara pendapat yang mengatakan: Tiada kekuasaan yang bisa bertahan tanpa dukungan Pers. Oleh karena itu, kenyataan subyektif yang ada, memperlihatkan dataadata bahwa, sebenarnya tidak ada lembaga pun yang tidak berkepentingan dengan Pers.
AWAL MULA LAHIRNYA JURNALISTIK
Dikisahkan oleh empunya kisah, bahwa: ada seorang ahli sejaralrmengatakan bahwa Nabi Nuh, yaitu seorang Nabi yang terkenal waktu ada banjir di dunia ini yang menyelamatkan margasatwa dari kehancuran total dengan membuat perahu besar atas restu Tuhan. Nabi Nuh Wartawan pertama di dunia ini setelah berhasil mengirimkan berita dengan menggunakan burung merpati.
Oleh Van der Meulen dikatakan bahwa orangorang Babylon menurut catatan Flafius – Josephus memiliki para penulis sejarah yang bertugas menyusun berita tentang kejadian sehari-hari.
Syahdan ± 800 tahun Sebelum Masehi di tengah bangsa Habrew – purbakala di Pantai Timur Laut Tengah, muncullah orang-orang yang dinamakan The Prothets yakni mereka yang terang-terangan dan terbuka mengeluarkan kritik ke alamat golongan elite yang memerintahkan mengendam kekurangan-kekurangan tertib sosial yang terdapat pada masa itu.
Mereka itu membacakan pendapat-pendapat mereka di jalan dan di pasar, di pintu gerbang kota; di tempat-tempat di mana khalayak ramai berkumpul. Renan menamakan mereka dengan “open air journal ist”, wartaWan~wartawan yang bekerja di bawah langit dan di udara terbuka. Mereka tidak kenal takut untuk membela kebenaran dan keadilan.
Renan berkata; “Karangan pertama jurnalistik yang tidak mengenal damai telah ditulis oleh Amos; seorang pengembala dari Tekoa kurang lebih tahun 800 SM. Itulah Amos wartawan penegak keadilan dan berani mengkritik keadaan masyarakat sebagai wartawan prototype, intektuil modern dan melihat kebenaran, kenyataan pertama di dunia.
Pada awal berdirinya Kerajaan Romawi, para pejabat tinggi Kerajaan Romawi sering menuliskan segala kejadiannya pada papan muka rumahnya yang merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang menghendakinya.
Pengumuman semacam ini diteruskan oleh Julius Caesar dengan nama Acta’ Diurna ini tidak disebarkan seperti halnya suratkabar tetapi hanya ditulis pada papan pengumuman yang diletakkan di tempat umum. yaitu di pusat kota Roma (Foroum Romanum). Acta Diurna memuat berita-berita resmi dan setiap orang bisa membacanya bahkan boleh mengutip untuk disebarkan di tempat lain, sehingga untuk penyebaran Acta Diurna ini diserahkan pada usaha swasta. Orang-orang belian yang berkepentingan dengan Kerajaan Romawi memiliki budak belian yang bertugas mengumpulkan berita.
Budak-budak tersebut sering mengikuti sidang-sidang senat untuk melaporkan hasil rapat di dewan baik secara lisan maupun tertulis, maka timbullah istilah Diurnarius.
Kemudian muncul lagi orang-orang biasa yang melaksanakan tugas tersebut sebagai mata pencaharian. Ini merupakan awal mula timbulnya Jurnalistik di dunia ini.
Budak-budak pencari berita itu telah mempunyai syarat-syarat terpilih untuk bertindak sebagai wartawan, antara lain:
1.    Harus pandai bergaul dan tamilier.
2.    Terpelajar dan bisa menulis, cekatan dengan baik dan dapat mengartikan pidato dari para Senator.
3.    Pandai menggali dan menyajikan berita dan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam masyarakat.
Acta Diurna memuat juga berita mengenai terjadinya gempa bumi, angin topan serta kekejaman bajak laut atau perampokan bahkan kegiatan masyarakat sendiri di samping berita tentang keputusan hakim, pengangkatan pejabat, dekrit serta undang-undang.
Ketika Kaisar Agustus berkuasa timbullah pemikiran baru mengenai penyajian berita. Kaisar menyuruh memberitakan tentang hasil Rapat Senat di samping berita lain yang berupa khayalan maupun yang sungguh-sungguh terjadi.
Acta Diurna berdiri selama 5 abad. Setelah Kerajaan Romawi runtuh maka Acta Diurna lenyap dan tidak ada pemenuhan kebutuhan akan berita, sehingga diisi dengan desas-desus. Pemberitaan terbatas pada surat-menyurat, terutama para politisi, para cendekia dan para seniman serta pedagang. Surat-menyurat antar pedagang dapat mencapai kemajuan yang amat pesat.
Para pedagang menghimpun surat-surat perdagangan, kemudian mengirimkan kepada para langganannya. Begitulah seterusnya sampai dapat berhubungan dengan luar negeri. Akhirnya muncullah perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai orang-orang yang khusus ditugaskan untuk menyusun berita kemudian menyebarkan pada para langganannya. Pada saat itulah muncul pusat-pusat pemberitaan di daerah Eropa. Kantor-kantor demikian biasanya menggunakan berpuluh-puluh tenaga yang dibayar sesuai dengan jumlah baris berita yang ditulisnya. Suratkabar tertulis hasil karya mereka muncul pertama kali di Vanesia pada tahun 1536.
Sementara itu pada tahun 1450 telah diketemukan orang tentang cara-cara mencetak buku, tetapi pada mulanya tidak mempengaruhi usaha pemberitaan karena suratkabar tertulis lebih cepat daripada suratkabar tercetak dan oplagnya juga sangat terbatas. Di samping itu, pihak penguasa lebih suka pada suratkabar tertulis karena lebih mudah dalam mengadakan pengawasan terhadap suratkabar tersebut.
Suratkabar tercetak di negara-negara Eropa di mulai dengan terbitan suratkabar di negeri Belanda dan Jerman. Dalam bukunya yang berjudul “De Courant”. R. van der Meulen mengatakan bahwa suratkabar tertua di dunia adalah suratkabar Cina yang bernama King Pau, yang terbit pada tahun 911. Pada mulanya terbit secara tidak teratur. Tetapi setelah tahun 1350 terbit sebagai suratkabar mingguan. Walaupun demikian kita tetap mengakui bahwa suratkabar tercetak pertama muncul di Eropa, yaitu dengan terbitnya mingguan Jerman yang bernama Relation dan Aviso pada tahun 1609.j Berbicara mengenai sejarah perkembangan Pers harus
Kembali kepada istilah Diurnarie berarti harian dan dilihat dari dasar filosofi perkembangan Pers tersebut yang setiap hari, kemudian diambil dalam bahasa Belanda Journalistik dan bahasa lnggeris Journalism yang bersumber pada perkataan Journal. Tentang Jurnalistik setiap ahli memberikannya dalam pelbagai bentuk tapi bisa dirangkum yaitu bahwa Journalist ialah suatu penggolongan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya masyarakat, (Onong Ucahyana, llmu Komunikasi, hal. 196).
Dari kata “Diuma”, di As berkembang menjadi Diurnal, di lnggeris terkenal istilah Journal, yang barangkali juga diangkat dari kata Romawi Diurna tersebut.
Menurut Webston Dictionary Journal diartikan sebagai Diary atau catatan harian, atau buku yang berisi catatan tentang kejadian sehari-hari. Dari kata Journal joumalism, yang boleh dikatakan sebagai lapangan pekerjaan. Orang yang melakukan tugas journalism disebut joumalist.
Bangsa lndonesia memang sangat “luwes” menerima bahasa asing masuk ke dalam perbedaan bahasa Nasional. Dari kata Diurna (Romawi) kemudian menjadi Diurnos (AS), Journal dan Journalism (lnggeris), Journalistiek (Belanda).
Sedang Indonesia dengan luwes menerima bahasa asing itu dengan Journalistik. Orang yang melakukan tugas bidang ini Diurna (Romawi), journalist (lnggeris/AS), dan dalam bahasa lndonesia, cukup gampang menjadi Jurnalis. Yakni orang yang melakukan p-ekerjaan jurnalistika komunikasi massa.
Berbicara mengenai sejarah perkembangan pers harus dilihat dari dasar filosofi nperkembangan pers  tersebut yang bersamaan dengan sejarah perkembangan masyarakat di mana pers itu berasal.
Fre S. Siebert et al dalam bukunya “Four Theoty of The Press” (1978), mengatakan, “Pers bisa dibagi di dalam empat pemikiran dasar”, yaitu :
1.    1.    Authoritarian Theory
Era ini dimulai pada abad III SM ketika “Acta Diurna”, suratkabar yang pertama di Romawi diterbitkan. Pada waktu itu bentuknya masih sangat sederhana berupa selebaran yang ditempel di tempat-tempat terbuka. Fungsi dari “Acta Diurna” adalah memberikan informasi mengenai peraturan-peraturan pajak baru, keputusan pemerintah maupun kepentingawkepentingan penguasa. Karena itu prinsip Pers di sini semata-mata sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari penguasa (Top Down Flow of Information). Bentuk Pers semacam ini di masa sekarang terdapat di negara-negara yang menganut faham otoriter.
2. Libertarian Theory
Teori ini timbul pada abad pertengahan setelah Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Tumbuh keinginan yang kuat untuk memanfaatkan fungsi Pers tidak hanya sebagai “Top Down Flow of Information, ” artinya, Pers juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi di masyarakat.
Setelah Revolusi Amerika dan perkembangan demokrasi Liberal, peranan fungsi Pers menjadi lebih berat sebagai sosial kontrol, Pers seperti ini menganut faham “Freedom of the Press ” di mana sama sekali tidak dibatasi niat untuk menulis dan mengemukakan mengenai apapun dan dalam bentuk serta cara yang sebebas-bebasnya. Karena demokrasi Liberal ini adalah bagian dari sistem kapitalisme.
Ciri ini tercermin di dalam Pers yang menganut faham Libertarian Setelah Perang Dunia ll, Pers dimanfaatkan sebagai arena promosi iklan. Lahir dan berkembangnya media elektronika radio dan televisi telah mendorong pemasangan iklan di atas kepentingan-kepentingan yang lain. Pers dikuasai atau paling tidak dipengaruhi oleh usaha bisnis raksasa yang menggunakan pers sebagai medium promosi iklan.
Sebaliknya kemampuan modal dan dana yang luar biasa telah mendorong perkembangan Pers menjurus kepada penyebaran yang seluas~luasnya. Bagi media cetak berarti usaha untuk menaikkan oplag sebesar-besarnya, hingga mencapai misalnya 11 juta (Mainichi Shimbun) atau 12 juta (Reader Digest) atau 25 juta (Mingguan TV Guide).
Bagi media elektronika berarti usaha untuk memperluas jangkauan siaran agar bisa dicapai masyarakat penonton yang lebih luas, baik berupa televisi cable maupun televisi satelit.
3. Social Responsibility Theory
Teori ini sebagai reaksi dari sistem libertarian yang memberikan Pers keleluasaan tidak terbatas dan di pihak lain menumbuhkan penguasaan pers oleh sektor bisnis. Social Responsibility lebih menekankan bahwa pers harus dibatasi oleh kepentingan umum dan usaha untuk mencegah penguasaan kepentingan swasta di dalam kehidupan Pers. Pada masa sekarang contoh yang jelas adalah : BBC -lnšgeris, NHK – Jepang, ABC – Australia atau ARD/ZDF -Jerman Barat.
4. Communist Theory of The Press
Teori ini berkembang di negara-negara komunis, Unsovyet dan Eropa Timur. Pers di negara tersebut digunakan dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan partai komunis.
Demikianlah empat teori “Four Theories of The Press ” yang mencerminkan perkembangan Pers di berbagai negara berkembang. Hal ini penting dipahami untuk bisa dimengerti terjadinya perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi media (Pers) termasuk sistem satelit siaran langsung. Di lndonesia sendiri posisi Pers menurut Presiden Soeharto merupakan kekuatan (pilar) keempat Demokrasi Pancasila. Pers sebagai lembaga masyarakat, karena lembaga itu sendiri adalah suatu jaringan dari pada proses dan perhubungan antar manusia yang bersifat terus menerus dan tetap. Kompleks jaringan itulah yang disebut lembaga dan ini terdapat pada unsur Pers itu sendiri. Karena Pers memberikan cara»cara tertentu untuk mendapatkan dan menerimakan kepada publik.
Sumber : A. Moein MG, Pendidikan Kader Wartawan Makassar Press